"Mulai saat ini hanya Merah Putih yang berkibar di sini, jangan ada bendera-bendera lain, apakah itu parpol atau organisasi yang hanya ingin mencari keuntungan di atas penderitaan ini," kata Emha.
Yogyakarta (ANTARA News) - Bendera Merah Putih setengah tiang yang menandai masa berkabung atas musibah gempa bumi 27 Mei lalu, sejak Selasa (13/6) tidak lagi akan ditemui di wilayah Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). "Mulai hari ini Merah Putih berdiri tegak di Bantul, dan saat ini kami bangkit serta mulai membangun kembali semua yang porak poranda," kata Budayawan Emha Ainun Najib dalam acara `Musyawarah Rakyat Bantul Bersatu dan Bangkit`, di lapangan Wonokromo, Pleret, Bantul, Selasa. Sebagai simbolis, bendera Merah Putih di halaman Balai Desa Wonokromo yang sebelumnya dikibarkan setengah tiang, dinaikkan satu tiang penuh oleh seniman Hendro Pleret dengan diiringi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan ribuan masyarakat Bantul yang hadir dalam acara itu. Di halaman balai desa yang telah menjadi puing-puing tersebut masyarakat Bantul menyatukan tekad untuk bersatu dan bangkit guna memulai menata kehidupan pasca gempa yang merenggut jiwa saudara maupun harta benda mereka. Acara yang dipimpin Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan dipandu Emha Ainun Najib itu, diawali dengan Sholawat yang dilantunkan Emha bersama sebagian personil kelompok musik `Kyai Kanjeng`, yang kemudian diikuti seluruh hadirin. "Hari ini kita bangkit, buktikan kita sebagai hamba Tuhan yang baik. Ini hanya ujian dari-Nya untuk mengingatkan kita," tandas Emha. Ia juga mengingatkan masyarakat Bantul agar tetap waspada, apalagi terhadap orang-orang atau kelompok yang mempunyai maksud tertentu dengan memanfaatkan bencana alam ini. "Kalau ada yang mau bantu, bantu saja, tapi jangan tunjukkan `siapa aku`. Mulai saat ini hanya Merah Putih yang berkibar di sini, jangan ada bendera-bendera lain, apakah itu parpol atau organisasi yang hanya ingin mencari keuntungan di atas penderitaan ini," katanya. Musyawarah Rakyat Bantul tersebut juga diisi pembacaan doa yang dipimpin H Nawawi Abdul Aziz serta `mocopatan` (puisi jawa yang dinyanyikan) yang dilantunkan Herjuni Iswadi. Dalam kesempatan itu Sultan HB X mengajak masyarakat Bantul untuk bangkit kembali dan membangun Yogyakarta dari Bantul. "Marilah kita bangkit dan membangun Yogyakarta dari Bantul, serta membangun Indonesia dari Yogyakarta," tandasnya. Pada acara tersebut Sultan HB X didampingi permaisuri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas dan putrinya, GKR Pembayun. Juga ikut mendampingi juru kunci Gunung Merapi R Ng Surakso Hargo (Mbah Maridjan) serta juru Pantai Selatan (Pantai Parangtritis) Raden Panewu Surakso Tarwono.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006