Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tengah menjajaki kemungkinan pengembangan batubara cari dengan Investor Jepang, J-Coal, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen ESDM Nenny Sri Utami. Menurut dia, usai pembukaan seminar batubara cair di Jakarta, Selasa, pemerintah akan mengajak Bumi Resource bekerja sama dengan J-Coal dalam pengembangan batubara cair yang akan dijadikan minyak sintetis itu. "Lokasi yang mungkin dibangun adalah Berau, Kaltim, Bangko, Sumsel atau Muriah, Kalsel," katanya. Sebelumnya, Bumi Resource akan bekerja sama dengan perusahaan Afrika Selatan, South Africa Synthetic Oil Liquid (SASOL) mengembangkan pencairan batubara itu. "Namun, kerja sama tersebut tertunda karena SASOL tengah berkonsentrasi mengembangkan batubara cair di Qatar, Nigeria, dan China," kata Nenny. Nenny menambahkan, kapasitas pencairan batubara dengan J-Coal dijajaki 3.000 ton per hari dan diharapkan bisa menghasilkan 12 ribu barel minyak sintetis per hari. Direncanakan, pabrik bisa mulai dibangun tahun 2012 dan 2015 sudah mulai berproduksi. Menurut dia, berdasarkan perkiraan, nilai investasi pengembangan batubara cair adalah 2,4 miliar dolar AS guna menghasilkan 55 ribu barel minyak sintetis per hari atau 23-29 dolar AS per barel. Sementara, batubara yang dibutuhkan mencapai 12 ribu ton per hari. Sementara itu, Dirjen Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Departemen ESDM Simon F Sembiring menambahkan, pemerintah masih mengkaji pemberian insentif bagi pengembangan batubara cair. Insentifnya bisa berupa pengurangan royalti atau pajak bea masuk bagi pemilik tambang dan pengembang batubara cair. Pemberian insentif itu dimungkinkan sesuai Inpres No 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain tertanggal 25 Januari 2006. Inpres tersebut menyebutkan Menteri ESDM bertugas menyiapkan insentif bagi pengembangan batubara cair dan kemudian mengusulkan ke Departemen Keuangan. Simon juga menambahkan, cadangan batubara di Indonesia sangat melimpah yakni mencapai 58 miliar ton.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006