Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia, John Howard, akan menerima kunjungan anggota Komisi I DPR-RI di Canberra pada 13 Juni mendatang, kata Dr. Yuddy Chrisnandi, anggota Fraksi Partai Golkar yang turut dalam kunjungan itu. "Direncanakan pada Selasa (13/6) dan Rabu (14/6), (anggota delegasi) akan bertemu Perdana Menteri John Howard, Menlu Alexander Downer, Komite Luar Negeri Parlemen Australia, dan pejabat lain, termasuk Menteri Imigrasi dan Multikulturalisme Vanstone," katanya dalam penjelasannya yang diterima ANTARA, Senin. Selain Yuddy, anggota delegasi Komisi I DPR-RI yang tiba di Canberra, pada Senin sekitar Pukul 10.30 waktu setempat adalah Muhammad AS Hikam (FKB), Yusron Ihza (FBPD), Boy M.W.Saul (F-Demokrat), dan Chudlary Syafii Hadzami (F-PP). Sebelumnya, Pengamat Intelijen Wawan H. Purwanto mengatakan, keberangkatan lima anggota DPR-RI ke Canberra dan Melbourne, Australia, untuk berdialog dengan kalangan pemerintah, parlemen, akademisi, dan gereja di negara itu tentang isu Papua dan hubungan kedua negara bisa meluruskan opini dunia tentang Indonesia. "Kita harus melihat secara obyektif bahwa kehadiran (anggota parlemen) kita di sana dapat membantu menggalang opini publik dunia dan masyarakat Australia sendiri karena selama ini apa yang dirilis sampai ke Amerika Serikat dan Eropa justru apa yang terucap oleh warga Papua di Australia dan para pejabat Australia secara sepihak tanpa ada perimbangan dari pihak kita," katanya. Menurut Wawan, jalinan komunikasi pejabat kedua negara terus membaik setelah Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan Alexander Downer bertemu di Singapura belum lama ini. Komunikasi itu dilanjutkan oleh Perdana Menteri John Howard yang menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Tanpa adanya komunikasi akan seterusnya ada miskomunikasi, dan ini akan dimanfaatkan pihak ketiga untuk memancing di air keruh. Apa yang beredar di masyarakat internasional (tentang isu Papua) tidak sepenuhnya benar dan cenderung didramatisasi sehingga seolah-olah kucing menjadi macan atau sebaliknya macan menjadi kucing," katanya. Hubungan kedua negara sempat terganggu setelah Canberra memberikan visa perlindungan Australia kepada 42 warga Papua. Bahkan, insiden diplomatis itu memicu kemarahan Indonesia dengan menarik pulang Dubes Teuku Mohammad Hamzah Thayeb dari posnya di Canberra ke Jakarta. Menurut Yuddy, selama di Canberra dan Melbourne, mereka tidak hanya bertemu Perdana Menteri, Menlu, Menteri Imigrasi, Komisi Gabungan untuk luarnegeri dan pertahanan Parlemen Australia, serta Menlu bayangan Australia, tetapi juga dengan ketua oposisi, tokoh masyarakat sipil dan akademisi, Lowy Institute for International Policy, tokoh gereja, Asia Link, dan masyarakat Indonesia. Sejumlah topik yang akan dibahas kedua pihak adalah penanganan masalah-masalah potensial yang menjadi kendala hubungan kedua negara, dan mencari titik temu dalam menyikapi masalah Papua. "Senin malam, (anggota delegasi) akan bertemu denagn jajaran KBRI Canberra," katanya menambahkan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006