Jakarta (ANTARA News) - Setelah 10 hari dinyatakan  status tanggap darurat banjir oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, keadaan Jakarta berangsur pulih hingga Minggu ini.

Meski begitu, kepada ANTARA, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan masa tanggap darurat banjir perlu diperpanjang tujuh hingga 10 hari lagi  karena masih banyak persoalan pascabanjir belum terselesaikan.

Sutopo mengatakan, masih ada lebih dari 4.500 pengungsi, kerusakan sarana dan prasarana, hingga sampah di sungai, yang harus diangkut dan disingkirkan.

"Lumpur di permukiman juga menjadi masalah lain, ditambah pompa waduk, yang masih rusak, dan prasarana lain, yang harus juga diperbaiki. Itu semua perlu waktu," katanya.

Sutopo mengatakan, keputusan mencabut dan memperpanjang masa tanggap darurat sepenuhnya ada di tangan Gubernur DKI Jakarta, namun usul BNPB itu diharapkan diperhatikan dengan seksama.

"Untuk bisa menggunakan dana BNPB untuk memperbaiki kerusakan dan pemulihan pasca-banjir harus ada pernyataan dari Gubernur DKI, sehingga dana bisa cair. Kalau tidak ada pernyataan itu, kami kesulitan," katanya.

jika mekanisme itu tidak dipenuhi, BNPB tidak bisa mencairkan dana pemulihan, karena menyalahi ketentuan.

"Kami khawatir akan ada temuan BPK kalau itu dipaksakan cair tanpa pernyataan Gubernur," katanya.

Pintu air

Mengenai usaha pencegahan banjir ke depan, BNPB memastikan semua sungai dan pintu air yang mengalir ke wilayah Jakarta dan sekitarnya sampai saat ini normal dan aman. Masyarakat diharapkan tidak cemas, tambah Sutopo.

BNPB memastikan, sejak Sabtu malam, semua ketinggian air sungai yang mengalir di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) terbilang normal.

Ia berharap tidak ada kekhawatiran atau cemas berlebihan dari masyarakat dalam menanggapi kemungkinan banjir besar pada 27 Januari 2013.

"Tinggi air sungai yang mengalir di Jakarta semuanya siaga IV atau normal, sehingga bisa dikatakan aman sampai saat ini," kata Sutopo.

Berdasarkan catatan BNPB, ketinggian air sungai dan pintu air sejak Sabtu pukul 19.00 WIB adalah, di Angke Hulu 105 sentimeter (siaga IV), di Pesanggrahan 80 cm (siaga IV), Krukut Hulu 60 cm (siaga IV), Katulampa 70 cm (siaga IV), Depok 130 cm (siaga IV), Manggarai 700 cm (siaga IV), Cipinang Hulu 100 cm (siaga IV), Sunter Hulu 50 cm (siaga IV), Karet 400 cm (siaga IV), Pulogadung 370 cm (siaga IV), dan Pasar Ikan 135 cm (siaga IV).

Sementara bagian wilayah DKI Jakarta yang masih tergenang adalah Kelurahan Penjaringan (RW 07, 16, 17) tergenang air 10-60 cm, Kelurahan Kapuk Muara (RW 09) setinggi 50-80 cm, Kelurahan Ancol (RW 04) 20 cm, Kelurahan Kapuk Muara (RW 03) 20-40 cm, dan  Kelurahan Pluit (RW 04, 05, 06, 07, 09) 10-40 cm.

"Hingga kini masih terdapat 3.916 jiwa masih mengungsi," katanya.

Di Jakarta Timur ada 80 jiwa di Kelurahan Cililitan masih mengungsi, di Jakarta Selatan 167 orang mengungsi di GOR Pengadegan, di Jakarta Barat 227 jiwa mengungsi, yakni Kedaung 100 jiwa, Roa Malaka 30 jiwa, Tegal Alur 97 jiwa, serta di Jakarta Utara 3.442 jiwa mengungsi tercatat di Penjaringan 2.764 jiwa dan Pluit 678 jiwa.

Sisa genangan

Sementara itu, genangan air di Jakarta Utara hingga Minggu siang sudah surut sehingga warga dapat membersihkan lingkungannya.

"Genangan sudah nihil dan kegiatan bersih-bersih dilakukan di tingkat walikota, camat dan lurah di Penjaringan, khususnya di Pluit, Muara Kapuk dan Pejagalan," kata petugas Posko Banjir Jakarta Utara, Jenudin, di Jakarta, Minggu siang.

Meski sudah tidak ada lagi genangan di Penjaringan, ribuan warga masih tinggal di pengungsian, seperti, di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.

Menurut data di Posko Banjir (Satlak PBP) Jakarta Utara, 2.002 warga masih di pengungsian dan akan dipindahkan ke rumah susun Marunda yang dirasa cukup aman bagi warga.

"Sedang dilakukan pendataan di Kelurahan Penjaringan. Kalau memang tempat tinggal warga berbahaya, mereka dipindahkan ke Marunda," katanya.

Banjir juga menyisakan sejumlah jalan berlubang, namun perbaikan prasarana masih terkendala hujan.

"Perbaikan jalan berlubang di Jakarta bisa dilakukan dalam sepekan, tapi bila terkendala cuaca bisa sampai satu bulan," kata Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Maman Suparman, Minggu.

Dinas PU dan Suku Dinas PU DKI Jakarta masih mengerjakan perbaikan jalan rusak di lima wilayah diantararanya jalan Tubagus Angke (Jakarta Barat), Kramat Raya dan Gunung Sahari (Jakarta Pusat) serta Fatmawati (Jakarta Selatan).

Kendala hujan

Dinas PU Jakarta juga sudah mendata jalan rusak dan sedang memperbaikinya.

"Masyarakat suka mengeluhkan Dinas PU lambat bekerja, tapi kami sebenarnya tidak bisa bekerja bila terkendala cuaca, karena bila dasar jalan basah dan langsung ditumpuk dengan aspal, maka jalan akan rusak lagi. Aspal itu minyak, sedangkan minyak dan air tidak bisa menyatu," kata Maman.

Ia mencontohkan perbaikan jalan Jenderal Sudirman yang tertunda dasar jalan yang masih basah.

"Kami kadang pakai kompresor untuk mengeringkan jalan, tapi bila terus hujan, tetap tidak bisa bekerja," tambah Maman.

Ruas jalan yang sudah diperbaiki adalah jalan DI Panjaitan mengarah ke Cawang dan Otto Iskandar Dinata hingga Jatinegara Barat (Jakarta Timur), yang sempat terendam banjir sedalam 30 sentimeter dan berlubang, namun kini sudah mulus.

Daerah yang masih memiliki banyak jalan rusak adalah Jakarta Barat. "Jalan Daan Mogot dan jalan Latumenten di Jakarta Barat masih parah, termasuk juga jalan Tubagus Angke," ungkap Maman.

Ia menjelaskan, untuk setiap wilayah, tiga regu mengerjakan perbaikan jalan, tapi bila hujan turun tidak dilanjutkan.

Dari 44,3 juta meter persegi jalan di Jakarta, sekitar 2,8 juta meter persegi (6,5 persen) rusak berlubang, meliputi Jakarta Barat 4.700 tempat, Jakarta Utara 2.100 tempat, Jakarta Selatan 470 tempat dan Jakarta Pusat 350 tempat.

(H016*F013*D017*A050/B002)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013