Jakarta (ANTARA News) - PT Miwon Indonesia akan melakukan ekspansi dengan menanamkan modal sebasar 80 juta dollar AS untuk pembangunan pabrik penyedap rasa (vetzin) di Indonesia. Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M Lutfie sebelum bertemu Wapres Jusuf Kalla di kantor Wapres Jakarta, Kamis siang. Menurut Lutfie, investasi PT Miwon tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik yang berlokasi di Provinsi Lampung. Menurutnya, ijin untuk pembangunan pabrik tersebut telah dikeluarkan pemerintah pada Januari 2006 lalu dan peletakan batu pertamanya akan dilakukan pada Juli 2006 ini. "Ini ekspansi karena pabrik sebelumnya sudah ada di Indonesia," kata Lutfie. Sementara ketika ditanyakan mengenai iklim investasi di Indonesia, Lutfie mengatakan masalah investasi di Indonesia saat ini adalah bagaimana mengubah investasi yang datang bukan hanya ditujukan untuk pasar domestik tetapi bisa memiliki daya saing ekspor. "Bagaimana sekarang investasi yang datang ke Indonesia bukan hanya untuk pasar Indonesia tetapi juga bisa bersaing di dunia internasional, bisa berkompetisi dengan pasar ekspor. Jadi kita harus berbicara daya saing internasional" kata Lutfie. Untuk itu, tambah Lutfie ada empat hal yang harus dibenahi, pertama, menggarap investor dalam negeri dan internasional. Kedua, masalah permodalan. Ketiga, pemerintah bisa memberikan ruang gerak ke swasta dan keempat masalah perburuhan. "Sekarang struktur permodalan di Indonesia tidak bisa bersaing secara internasional, suku bunganya masih tinggi, akses ke kredit masih sulit," kata Lutfie. Oleh karena itu, tambah Lutfie, Bank Indonesia (BI) bukan hanya memberikan kelonggaran tetapi juga bisa menciptakan kebijakan yang bisa mendorong swasta memiliki permodalan yang baik untuk bisa bersaing di dunia internasional. "Dan pemerintah juga harus memberikan ruang yang leluasa agar swasta bisa bersaing," kata Lutfie. Masalah perburuhan di Indonesia, tambah Lutfie, juga akan menjadi kendala tersendiri jika tidak bisa bersaing dengan buruh internasional. Yang terpenting, tambahnya bagaimana bisa menciptakan Indonesia jadi basis produk ekspor.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006