Banjarmasin (ANTARA News) - Prof Dr HM Norsanie Darlan, seorang pengamat sosial ekonomi dan kemasyarakatan dari Universitas Palangkaraya (Unpar) Kalimantan Tengah, berpendapat, Tucuxi mobil listrik nasional merupakan "ajang promosi" bagi Indonesia.

"Sebab itu, sebagai bangsa yang besar, kita harus berbangga hati atas kehadiran Tucuxi, sebuah mobil karya cipta anak bangsa sendiri," tandasnya dalam perbincangan dengan ANTARA Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, Sabtu.

"Karenanya, atas kehadiran mobil yang diberi nama `Tucuxi` harus kita hargai. Sebab bisa menjadi sebuah ajang promosi," lanjut Guru Besar pada perguruan tinggi negeri di "Bumi Isen Mulang" Kalimantan Tengah (Kalteng) tersebut. Oleh sebab itu pula, mengenai masalah perjalanan Tucuxi Solo, Jawa Tengah - Surabaya, Jawa Timur, dia menyatakan sependapat dengan Faisal Halimi atas kontraversi di media masa merupakan hak semua orang.

"Tapi sebagai bangsa yang besar, sebaiknya kita harus menghargai karya cipta anak bangsanya sendiri," ajak sang profesor yang berkarir sejak dari pegawai rendahan (pesuruh) itu.

"Seharusnya kita bersyukur, bahwa ada dari ratusan juta anak bangsa, punya karya cipta diantaranya mobil Tucuxi yang sementara ini di sebut-sebut milik Dahlan Iskan," lanjutnya.

Tanpa ada maksud lain, anak desa kelahiran Anjir Kapuas, Kalteng itu menyatakan, kurang sependapat jika selalu menyalahkan Dahlan Iskan, yang Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pendiri "Jawa Pos" sebuah koran besar di Indonesia.

"Sebetulnya rusakan kendaraan yang karena remnya blong, atau kerusakan lain dan ditabrakkan pada tebing adalah sebuah `eksperimtal` perusahaan. Itu wajar-wajar saja," ujarnya.

"Karena tidak mungkin semua produk, langsung jadi dan selalu baik. Pasti ada sesuatu sebagai kendala dan harus diperbaiki," lanjut mantan aktivis Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IMPI) tersebut.

Sebagai contoh, banyak juga kendaraan buatan luar yang belum matang uji cobanya seperti, Kymco Trend Jetmatic yang banyak menelan kurban, serta adanya penarikan produk mobil tertentu karena ada alat yang belum layak pakai.

"Kenapa hal itu tidak kita ributkan. Padahal meributkan produk dalam negeri ada kemungkinan menurunkan minat pembeli untuk produk Indonesia. Baik sesama warga Indonesia, maupun bangsa lain," lanjutnya.

"Runtuhnya IPTN juga membuat harga diri Indonesia menurun, ini juga karena anak bangsa yang kurang menghargai karya cipta bangsa," demikian Norsanie Darlan. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013