Jakarta (ANTARA News) - Setelah malang melintang menghiasi media lewat ulasan telematika dan teknologinya , Roy Suryo Notodiprojo kini diamanahi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), menggantikan Andi Alfian Mallarangeng yang mundur karena terjerat kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.

"Setelah melakukan berbagai pertimbangan serta mendengarkan saran dan pandangan dari Wakil Presiden dan para pejabat yang lain, serta pula menjaring pandangan dan pendapat masyarakat luas, saya telah menetapkan untuk mengangkat Saudara Drs Roy Suryo Notodiprojo Msi untuk menjadi Menpora," kata Presiden SBY di Jakarta, Jumat.

Sebelumnya, anggota Komisi I DPR ini telah menjalani serangkaian tes, termasuk uji kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta, pekan lalu.

"Sejak minggu lalu proses berjalan, saya sudah diminta untuk memberikan riwayat hidup, bahkan dua hari lalu jalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD, kemudian saya juga sudah melakukan proses pengujian oleh yang lain, memang belum oleh Presiden," papar Roy.

Roy, kini, harus banyak menghabiskan waktu untuk bergerak dalam masalah kepemudaan dan olahraga nasional.

Seabrek tugas, menurut Roy, akan menantinya. 

Dari masalah internal pada Kementerian Pemuda dan Olahraga menyangkut berbagai proyek, prestasi olaharaga nasional, hingga soliditas organisasi induk olahraga.

"Ada sejumlah isu dan permasalahan yang berkaitan dengan lingkup tugas wilayah Kementerian Pemuda dan Olahraga yang saat ini menjadi perhatian publik dan sekarang dalam proses KPK, yaitu kasus Hambalang. Saya instruksikan Menpora baru untuk mengonsolidasikan jajarannya," kata Yudhoyono.

Roy sadar betul kebijakannya akan menjadi sorotan dan dituntut berhasil, karena begitu banyaknya masyarakat Indonesia yang mencintai olahraga. 

Dibenaknya sudah terbayang bagaimana prestasi harus direngkuh Indonesia, diantaranya ajang olahraga multi cabang dua tahunan SEA Games di Myanmar pada Desember 2013 di mana Indonesia menjuarainya pada 2011 dengan 182 medali emas, 151 perak dan 142 perunggu.

"Harus diteruskan untuk kembali berjayanya Indonesia dalam SEA Games, posisi yang tidak kita miliki, dan kita raih kembali pada 2011," tegas Yudhoyono.

Pria yang menamatkan pendidikan strata satu hingga magister pada Universitas Gadjah Mada ini juga harus piawai membenahi sepakbola nasional yang dibelit masalah dualisme induk organisasinya.

Presiden mengharap gerak cepat Roy dalam menjalin hubungan baik engan KONI dan KOI dalam menuntaskan dualisme itu dan kembali membina persatuan sepakbola Indonesia.

Roy mengatakan setiap pejabat yang memiliki tugas berat ini tentu waktu dan kesempatan untuk merancang formula tepat dalam menuntaskan semua masalah kepemudaan dan olahraga.

"Saya akui tugas Menpora ke depan memang berat, ada kejuaraan olahraga internasional seperti SEA Games Myanmar dan Islamic Solidarity Games yang tidak lama lagi akan bergulir dan tentu atlet kita harus berprestasi," ujarnya kepada ANTARA, sebelum Presiden mengumumkannya sebagai Menpora baru.

Prajurit

Roy sempat pesimistis sehari sebelum diumumkan menjadi Menpora dengan mengatakan banyak kandidat lain yang lebih cocok menjabat Menpora dibandingkan dengannya, termasuk beberapa nama yang berpengalaman dan kompeten dalam olahraga, seperti  tokoh catur Utut Adianto yang sekarang legislator.

Namun, semua nama itu akhirnya pudar, termasuk calon terkuat Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Ramadhan Pohan.

Roy mengakui dia minim pengalaman dan kapasitas pada bidang kepemudaan dan olahraga.

"Ya saya main catur juga tidak seperti Mas Utut yang sudah berpengalaman," ujarnya sedikit berguyon.

Namun Roy bertekad menunaikan tugas dengan baik, seraya menganalogikan dirinya sebagai prajurit. "Saya dari dulu seperti prajurit, tugas seabrek harus bisa dilaksanakan," ujarnya.

Sebagai prajurit, dia mengaku tekun mendalami suatu bidang sejak di bangku kuliah dulu.

Roy bercerita, dia menghabiskan masa kuliahnya di UGM untuk meraih gelar sarjana dari jurusan Ilmu Komunikasi, lalu menuntaskan Magister Perilaku dan Promosi UGM. 

Dia kini akan terus memperkuat ketertarikan pada bidang kepemudaan dan olahraga yang akan dimodifikasinya menjadi pompa penyemangat dirinya dalam menunaikan tugas sebaik-baiknya sebagai Menpora.

Cara ini pernah dia jalankan dan menjadi jembatan yang membuatnya dianggap pakar oleh berbagai kalangan telematika.

Publik masih ingat, bagaimana pria kelahiran Yogyakarta 18 Juli 1968 ini dikenal banyak kalangan melalui ulasan isu telematikanya seperti rekayasa digital foto atau video. 

"Saya memang tertarik pada bidang itu, dan terus menekuninya sejak bangku kuliah," kata dia.

Pada 2009 dia resmi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, kemudian menempati Komisi I dari Fraksi Partai Demokrat, setelah empat tahun sebelumnya bergabung dengan Demokrat.

Publik menanti

Roy tidak menutup mata pada pandangan buruk berbagai pihak mengenai keahliannya. Dia menyadari banyak pihak yang meragukan kapasitasnya sebagai ahli.

Namun dia menanggapi semua itu dengan santai.

"Ya mungkin karena mereka tidak tahu saja, saya doakan akagar semuanya `positive thinking`," tepisnya, Kamis malam.

"Saya tidak begitu memikirkan hal itu. Yang penting sekarang bagaimana mengemban tugas yang diamanahkan kepada saya," kata dia.

Menyinggung kepakarannyau, Roy mengaku mulanya disebut sebagai pakar telematika dan otomotif dari perspektif beberapa teman akan ketekunannya mempelajari bidang itu. 

Dia memang mengaku sangat tertarik padatelematika, disamping fotografi dan otomotif, kendati dia berlatarbelakang Ilmu Komunikasi. 

"Setelah lulus kuliah, saya sering diundang untuk seminar mengenai masalah telematika, nah ini yang banyak orang belum tahu," ujarnya.

Roy kini memiliki momentum untuk membuktikan keraguan banyak pihak terhadapnya. Dia harus membuktikan ketertarikan yang menimbulkan ketekunan dan keberhasilan itu bisa diterapkan di bidang kepemudaan dan olahraga.

Menganai masalah kepemudaan, dia menyebutnya masih banyak yang harus dibenahi demi melahirkan generasi yang seusai dengan cita-cita bangsa. "Ini memang tugas berat," ujarnya.

Begitu juga dengan olahraga. Dia menyoroti kisruh organisasi induk olahraga yang menanti diselesaikannya.

Kini, masyarakat tak lagi menantikan ulasannya sebagai seorang pakar, namun tindakan nyata dari seorang menteri yang diembani tugas menjawab segala pertanyaan seputar kepemudaan dan olahraga di Indonesia.

Publik menanti manuvernya.  Rakyat menunggu dia mendorong olahraga nasional memuaskan dahaga bangsa akan prestasi olahraga nasional di kancah internasional.

(I029)

Oleh Indra Arief Pribadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013