Houston (ANTARA) - Kapasitas kumulatif global fotovoltaik yang terpasang dan terpasang naik mencapai lebih dari 25 persen pada 2022 karena kenaikan harga setelah COVID-19 dan pertarungan geopolitik.

Hal itu sesuai dengan laporan yang dikeluarkan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) pada Jumat (21/4).

Angkanya mencapai sekitar 1,2 terawatt (TW) hingga akhir 2022 dan China terus menjadi negara dengan kapasitas terpasang terbesar, menurut laporan Snapshot of Global PV Markets 2023 yang dikeluarkan International Energy Agency (IEA).

Tahun lalu, total 240 gigawatt (GW) sistem fotovoltaik surya baru dipasang dan diproduksi khusus sesuai pesanan di seluruh dunia. Hal itu menghasilkan kapasitas kumulatif hingga 1.185 GW, kata laporan yang diterbitkan oleh tinjauan mingguan IEEFA, demikian mengutip data dari PV Tech.

China terus mendominasi dalam hal kapasitas baru dan kumulatif, dengan menambahkan kapasitas 106 GW tahun lalu atau 44 persen dari penambahan global.

Uni Eropa (EU) memasang 38,7 GW kapasitas tenaga surya tahun lalu atau naik dari 27 GW yang tercatat pada 2021 dan 20 GW pada 2020.

Dipimpin Spanyol (8,1 GW), Jerman (7,5 GW), Polandia (4,9 GW), dan Belanda (3,9 GW), EU menjadi pasar terbesar kedua dalam hal kapasitas kumulatif dengan kapasitas 209,3 GW.

Amerika Serikat hanya memasang 18,6 GW kapasitas tenaga surya tahun lalu atau turun dari 27 GW pada 2021. Hal itu terjadi di tengah imbas masalah perdagangan dan timbunan koneksi jaringan backlog yang mencapai 1 TW proyek tenaga surya.

IEEFA merupakan wadah pemikir independen yang mengkaji isu-isu terkait pasar, tren, dan kebijakan energi dengan misi untuk mempercepat transisi ke ekonomi energi yang beragam, berkelanjutan, dan menguntungkan.

 
Dokumentasi - Foto udara yang menunjukkan tempat parkir fotovoltaik kebun binatang Pairi Daiza di Brugelette, Belgia, pada 11 Agustus 2021. (ANTARA/Xinhua/Zhang Cheng)   




 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023