Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengaku kesulitan apabila harus menurunkan harga bahan bakar gas (BBG) seperti keinginan pemerintah. Direktur Utama Pertamina Ari Sumarno di Jakarta, Jumat mengatakan, harga jual yang berlaku sekarang ini sebesar Rp3.000 per liter setara premium merupakan harga keekonomian. "Kalau kita jual di bawah (harga keekonomian) itu berarti kita rugi. Padahal, sebagai perusahaan kita harus tetap untung," katanya. Selain itu, Ari mengatakan, harga BBG Pertamina juga tergantung harga jual yang ditetapkan PT PGN Tbk, karena sebagian pasokan gas berasal dari perusahaan tersebut. "Kalau harga dari sana (PGN) turun, tentu harga BBG bisa turun," lanjutnya. Menurut dia, saat ini, harga gas PGN mencapai lima dolar per mile mile British thermal unit (MMBTU). Sebelumnya, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah akan menurunkan harga BBG bagi kebutuhan transportasi sebagai upaya meningkatkan pemanfaatan bahan bakar tersebut. Menurut dia, harga BBG yang berlaku saat ini sebesar Rp3.000 per liter setara premium dinilai masih cukup mahal. Departemen Perhubungan sudah mengusulkan harga BBG sebesar Rp2.200 per liter setara premium. Namun demikian, Purnomo mengatakan, penurunan harga BBG tersebut juga harus memperhitungkan dampaknya bagi Pertamina dan PGN sebagai produsen.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006