Brussel (ANTARA News) - Uni Eropa (UE) memasukkan Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) ke dalam daftar "organisasi teroris" terlarang, Senin, di tengah meningkatnya bentrokan antara kelompok pemberontak Sri Lanka itu dan militer, kata sejumlah diplomat UE. "Salah satu konsekuensinya adalah pembekuan aset-asetnya," kata seorang diplomat mengenai keputusan yang diambil pada pertemuan reguler menteri EU di Brussel, Belgia, selaku ibukota UE. Pembekuan aset oleh EU itu bisa memperburuk dana perang Macan Tamil, yang menggunakannya untuk membiayai lawatan petinggi mereka ke Eropa selama perundingan perdamaian untuk mencari dana dari orang-orang Tamil yang bekerja di luar negeri, demikian laporan sejumlah kantor berita transnasional. Larangan itu merupakan tamparan diplomatik bagi kelompok tersebut, yang telah berusaha membangun citra di luar negeri bagi perjuangan mereka untuk mendirikan negara terpisah bagi etnik Tamil di wilayah timur laut Sri Lanka. Amerika Serikat (AS), Kanada dan Inggris sudah memasukkan kelompok pemberontak itu ke dalam daftar organisasi teroris. EU memberlakukan larangan perjalanan pada kader-kader Tamil pada September 2005 dan mengatakan kemudian bahwa mereka sedang mempertimbangkan melarang kelompok tersebut karena "penggunaan kekerasan dan terorisme". Macan Tamil menarik diri dari perundingan perdamaian yang bertujuan mengakhiri perang saudara dua dasawarsa di negara pulau itu bulan lalu. Mereka menyatakan beberapa hari terakhir ini bahwa larangan EU terhadap mereka hanya akan "memperburuk kondisi perang" dan bisa menghalangi mereka memulai lagi perundingan perdamaian. Lebih dari 280 prajurit, polisi, warga sipil dan pemberontak tewas dalam serangan-serangan mulai dari pemboman bunuh diri hingga pertempuran laut sejak Februari dalam apa yang disebut para pengamat gencatan senjata 2002 dan Macan Tamil sendiri sebagai "perang intensitas rendah". Kekecewaan di kalangan penduduk Sri Lanka sangat jelas karena banyak dari mereka khawatir akan berulangnya perang berskala penuh yang menewaskan lebih dari 64.000 orang sebelum gencatan senjata itu dan menterlantarkan ratusan ribu orang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006