Cannes (ANTARA News) - Satu-satunya film Afrika di Festival Film Cannes bertujuan untuk berbicara atas nama jutaan orang dengan kisah ambisius mengadili Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) karena berbagai kebijakan moneter mereka mencekik negara-negara Afrika. "Bamako", sebuah film arahan sutradara Mauritania, Abderrahmane Sassako, bermaksud memperlihatkan dampak berbagai kebijakan ini terhadap kehidupan keseharian rakyat Afrika, dan ditayangkan di Cannes, Selasa, dalam seleksi resmi, namun tak ikut kompetisi. Sebuah mahkamah darurat, termasuk seorang hakim berjubah merah, dibuka di kawasan kumuh ibukota Mali, Bamako, sementara di halaman beberapa wanita mengasuh anak mereka dan anak-anak bermain sepakbola di dekatnya. Para saksi, termasuk mantan Menteri Kebudayaan Aminata Traore, berbaris di depan pengadilan untuk memberikan kesaksian mereka. Namun begitu, sebagian besar mereka yang memberikan kesaksian tak bernama dan orang tertindas, korban langsung dari kebijakan anggaran yang ketat yang disusun Bank Dunia dan IMF untuk negara-negara Afrika yang menghadapi masalah ekonomi yang gawat. Pembayaran kembali utang, yang menyerap porsi 40 persen dari anggaran belanja Kenya dan Zambia, mengakibatkan tak ada dana yang memadai untuk kesejahteraan rakyat. Film tersebut berupaya tak mempengaruhi pengadilan, dan kedua lembaga keuangan yang diadili juga memiliki hak untuk melakukan pembelaan. Namun demikian, dalam sebuah adegan di mana uang berpindah tangan, Sissako memperlihatkan bahwa korupsi bukan hanya isapan jempol belaka di sini. Terlepas dari itu semua, filmnya berusaha berbicara atas nama benua itu. "Saya sangat menyadari bahwa dari posisi saya yang tak berarti, dan karena saya membuat film, saya harus berusaha menjadi suara jutaan orang," kata Sissako kepada AFP. (*)

Copyright © ANTARA 2006