Tanjung Selor (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Kalimantan Utara(Kaltara)  mengalami inflasi hanya 0,12 persen, lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada Februari 2023 yang mencapai 0,16 persen.

"Kelompok transportasi menjadi  penyumbang inflasi terbesar yakni dengan andil sebesar 0,97 persen. Beruntung terjadi penurunan harga kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan kontribusi deflasi sebesar 0,23 persen, sehingga inflasi daerah menjadi hanya 0,12 persen," kata Kepala BPS Kalimantan Utara, Mas’ud Rifai di Tanjung Selor, Rabu.

Inflasi Kaltara tersebut diukur dari gabungan dua kota yakni Tarakan mengalami dengan inflasi 0,09 persen dan Tanjung Selor 0,25 persen.

Tiket angkutan udara yang naik cukup tinggi menjadi salah satu penyebab terjadi inflasi, sementara deflasi salah satunya karena penurunan harga deterjen.

Secara bulanan di Kota Tarakan, kelompok makanan dan minuman menjadi penyumbang inflasi tinggi, yaitu 0,64 persen, makanan, minuman, dan tembakau menyumbang deflasi 0,14.

“Sayur-sayuran di Tarakan mengalami penurunan harga. Dan sebetulnya di Tanjung Selor juga mengalami fenomena yang sama,” ujarnya.

Secara tahunan Kaltara mengalami inflasi 4,64 persen dengan rincian Tarakan mengalami inflasi 4,10 persen. Sedangkan Tanjung Selor 6,76 persen.

“Tetapi secara year to date, Kota Tarakan yang tinggi dibanding Tanjung Selor, yaitu berada di angka 0,41 persen. Sedangkan Tanjung Selor hanya 0,21 persen,” kata Mas’ud.

Sedangkan Tanjung Selor mengalami inflasi yang cukup tinggi pada kelompok transportasi yaitu 3,23 persen. Adapun kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengalami deflasi 0,68 persen.

Pewarta: Muh. Arfan
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023