Cirebon, (ANTARA News) - Balai Pengkajian dan Penerepan Teknologi (BPPT) melalui melalui Balai Teknologi Lingkungan akan membantu pengembangan mangrove di Pantura Cirebon sehingga akan membantu pemulihan ekosistem di pesisir pantai yang selama bertahun-tahun terkena degradasi akibat pencemaran lingkungan, kata Sekretaris Bappeda Kabupaten Cirebon Ir Dedu Nurul kepada ANTARA, Minggu (21/5). "Dari panjang pantai 54 kilometer baru tertanam mangrove sepanjang 4,8 kilometer atau kalau dihitung luasan hanya sekitar 195 hektar saja, sehingga Kabupaten Cirebon masih membuka tangan terhadap berbagai bantuan untuk pengembangan mangrove termasuk dari Balai Teknologi Lingkungan BPPT," katanya. Ia menjelaskan, tim BPPT dalam waktu dekat akan melakukan survei lapangan untuk meneliti tekstur tanah pantai yang akan digarap karena setiap jenis tanaman mangrove mempunyai kemampuan untuk berkembang pada tanah-tanah tertentu. "Wilayah Kabupaten Cirebon umumnya mempunyai karakteristik pantai yang berlumpur sehingga diperlukan kajian matang sebelum dilakukan penanaman," katanya. Ia menjelaskan, potensi penanaman mangrove di Kabupaten Cirebon mencapai sekitar 2.000 hektar dan tahun ini mendapat bantuan dari Pemprov Jawa Barat berupa program penanaman 35.000 pohon di dua kecamatan yaitu di 326 hektar di Pangenan dan 80 hektar Mundu. "Lahan pantai di Kabupaten Cirebon perlu segera dihijaukan dengan tanaman mangrove untuk mengembalikan kesuburan lahan tambak, menetralisir pencemaran laut, dan sekaligus menahan pantai dari gempuran abrasi," katanya. Hal senada diungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon Ir Nunung Nurjanah bahwa pengijauan pantai dengan tanaman mangrove merupakan prioritas bagi pantai Cirebon yang sudah rusak akibat ekploitasi berlebihan saat demam budidaya udang dan meningkatnya pencemaran laut. Ia mengungkapkan, akibat eksploitasi tambak untuk budidaya udang secara terus menerus dari tahun 1975 sampai 1990-an menyebabkan tanah tambak di Kabupaten Cirebon menjadi asam dan untuk mengembalikan kesuburan tambak memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun. "Sisa pakan udang itulah yang menyebabkan tanah menjadi asam sehingga dengan penanaman mangrove di sekitar tambak diharapkan mampu mengembalikan kesuburan tanah, walapun perlu waktu minimal tujuh tahun," katanya didampingi Kabid Konvervasi Sumber Daya Perikanan Ir Nuzurul Ainy . Selama tiga tahun terakhir, DKP selalu menghimbau petambak untuk tidak menanam udang tetapi mengganti dengan budidaya bandeng, lele dan gurame yang lebih tahan terhadap perubahan kualitas air termasuk perairan yang tercemar. "Kita selalu himbau jangan tanam udang tetapi petambak tetap saja mencoba adu untung, karena jika satu kali panen berhasil bisa menutup kegagalan tiga periode sebelumnya," katanya. Selain itu, kesadaran untuk menanam mangrove juga masih rendah sehingga diperlukan sosialisasi terus-menerus minimal masyarakat memelihara tanaman mangrove yang sudah ditanam melalui program Pemerintah. "Selama ini hanya sekitar 60 persen saja tanaman mangrove program pemerintah yang mampu bertahan, sementara sisanya mati karena kurang pemeliharaan," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006