"Pertimbangannya karena market Indonesia yang bagus dan kuat. Target mereka dari 200 ribu unit kendaraan, 50-70 ribu ada di pasar Indonesia sisanya diekspor sebagian besar ke Australia," kata Lutfi.
Jakarta (ANTARA News) - Sebuah perusahaan otomotof besar asal Amerika Serikat akan menanamkan modalnya sebesar antara 1,2 miliar -1,4 miliar dolar AS di Indonesia. "Produksinya sudah ada disini tapi impor. Kita sekarang sudah di `short listing`. Apakah mereka akan ekspansi di Thailand atau mereka akan cari pasar baru di Indonesia," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal(BKPM) M. Lutfi, di Jakarta, Jumat. Perusahaan otomotif AS yang telah memiliki pabrik mobil jenis pick up di Thailand itu rencananya akan membangun pabrik baru untuk memproduksi sekitar 200 ribu unit kendaraan kelas B dan C ukuran 1.000-2.000 cc (jenis sedan). "Full manufacturing, proses dari a-z ada di sini. Mereka menjamin local contentnya sedikitnya 80 persen," kata Lutfi. Perusahaan otomotif AS itu rencananya akan membangun pabriknya di Jawa atau sekitar Jakarta. "Pertimbangannya karena market Indonesia yang bagus dan kuat. Target mereka dari 200 ribu unit kendaraan, 50-70 ribu ada di pasar Indonesia sisanya diekspor sebagian besar ke Australia," jelasnya. Keputusan rencana investasi itu ditargetkan akan diumumkan pada Agustus 2006. "Mereka minta perbaikan perpajakan terutama Pajak penjualan barang mewah (PPn-BM) (PPn BM untuk sedan berkapasitas mesin di atas 1.500 cc-3.000 cc sebesar 50 persen--red),"katanya. Saat ini, lanjut Lutfi, Menteri Koordinator Perekonomian sedang melakukan negosiasi terkait masalah tersebut. "Mereka menginginkan agar semua insentif yang diberikan Thailand juga diberikan di Indonesia, seperti penangguhan pajak dalam waktu yang agak lama. Di Thailand aturan resminya antara 4-8 tahun," jelasnya. Jika perusahaan tersebut jadi berinvestasi di Indonesia, lanjut dia, maka akan tersedia lapangan pekerjaan untuk 5.447 orang. "Sebanyak 5.000 pekerjaan buruh, 400 tingkat manajemen dan hanya 50 orang asingnya," katanya. Selain otomotif, sebanyak 40 perusahaan Korea berskala kecil dan menengah dengan investasi yang bervariasi antara 500 ribu dolar AS - 40 juta dolar AS tertarik untuk membuat pabrik tekstil di Indonesia. "Itu dalam kuartal I 2006 saja, untuk kuartal selanjutnya bisa bertambah lagi," ujar Lutfi. Investor asal Taiwan juga menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di bidang industri tekstil. "Industri sepatu juga begitu, sejak ada tuduhan dumping bagi China, kita jadi seperti mendapat `spill over` (tumpahan--red). Apa yang kita kerjakan sekarang, jangan sampai dapat tuduhan dumping," katanya. Sementara itu, mengenai usulan Menteri Perindustrian untuk memasukkan industri rokok putih dalam daftar negatif investasi, Lutfi mengaku telah menerima surat menegai hal tersebut dari Menperin. Ia mengatakan hingga saat ini belum ada permintaan ijin baru investasi dalam industri rokok.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006