Washington (ANTARA) - Honnie Leinartas menghabiskan hari-harinya untuk memeriksa lantai-lantai bawah tanah yang berlumut dan loteng-loteng yang pengap, sambil memperhatikan sistem energi yang sudah kuno dan berpolusi.

Banyak rumah di Chicago, Amerika Serikat, telah berumur seabad, sehingga masih banyak masalah di setiap rumah yang dia periksa.

"Saya melakukan pemeriksaan, dengan masuk ke rumah-rumah dan melihat sistem penghangat dan pendingin, serta sistem pemanas air, dapur, dan pengering baju," kata Leinartas.

Bahan bakar yang digunakan oleh rumah dan gedung menyumbang 10 persen pada total emisi gas rumah kaca di AS. Sistem pemanas ruangan, pemanas air, dan dapur menjadi "pelaku utama", menurut lembaga pemikiran RMI di Colorado.

Karena itu, gerakan nasional untuk mulai menggunakan peralatan yang bersumber dari energi lebih bersih sedang dilakukan.

Salah satu pelopor gerakan itu adalah Leinartas, seorang teknisi di proyek elektrifikasi di Elevate, sebuah organisasi nirlaba yang membantu memasang alat insulasi di rumah-rumah keluarga berpenghasilan rendah.

Dia membantu warga mengganti peralatan rumah yang menggunakan bahan bakar fosil dengan peralatan alternatif berbasis listrik, seperti pompa panas.

"Banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan," kata Leinartas, yang memperkirakan bahwa sekitar 350 ribu rumah di Chicago perlu menggunakan peralatan rumah tangga seperti itu.

"Refits" atau pembaruan teknologi atau fitur pada sistem lama menjadi semakin umum di AS.

Hampir 100 pemerintah lokal dan negara bagian telah mendukung langkah menuju elektrifikasi, menurut penelusuran Koalisi Dekarbonisasi Bangunan.

Banyak yang berharap tren itu akan benar-benar menjadi kenyataan, setelah puluhan miliar dolar dana pemerintah federal mengalir ke daerah untuk instalasi massal dan pengembangan proyek elektrifikasi.

Pada Desember, Gedung Putih menggelar "Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Elektrifikasi", yang memicu respons penolakan yang kuat dari industri.

KTT itu mengumumkan serangkaian upaya untuk mengurangi kontribusi karbon dari rumah dan bangunan dengan menggunakan peralatan listrik.

KTT tersebut juga meluncurkan koalisi 30 negara bagian dan kota yang ingin mengurangi emisi perusak iklim.

Bulan ini, seorang pejabat Komisi Keamanan Produk Konsumen memberi sinyal bahwa pihaknya akan mempelajari dampak kompor gas dan mempertimbangkan untuk melarang penggunaan alat tersebut, yang kemudian memicu protes.

Asosiasi Gas Amerika mengatakan pelarangan gas dari fosil akan merugikan masyarakat, menaikkan harga rumah, tetapi berdampak sedikit pada pengurangan emisi AS secara keseluruhan.

"Biaya besar untuk memenuhi mandat elektrifikasi menimbulkan kekhawatiran tentang jumlah perumahan yang dapat dibangun dan dapat tetap terjangkau," kata Alex Rossello dari kelompok pelobi Asosiasi Bangunan Rumah Susun dan Kantor Metropolitan Washington.

Seorang anggota parlemen dari Texas, Ronny Jackson, di Twitter memperingatkan, "Jika para maniak Gedung Putih datang untuk (mengambil) kompor saya, mereka harus merebutnya sampai saya mati."

Sepersepuluh Emisi

Para aktivis mengatakan munculnya pro dan kontra menimbulkan kesadaran baru tentang risiko ketidakpedulian pada isu pemanasan global.

"Ada kesadaran publik tentang fakta bahwa gas alam adalah bahan bakar fosil yang menyebabkan perubahan iklim dan membahayakan kesehatan manusia, dan kami memilikinya di dalam rumah," kata Mike Henchen, kepala tim bangunan bebas karbon RMI.

AS memiliki sekitar 70 juta bangunan pengguna bahan bakar fosil, kata Jenna Tatum, direktur pelaksana Institut Elektrifikasi Bangunan.

Kata Tatum, banyak kota telah menjadi pelopor dalam mencari bahan bakar alternatif.

"Kebanyakan dari mereka awalnya termotivasi oleh komitmen iklim dan mencari cara untuk menurunkan emisi," jelas Tatum.

Pendanaan dari pemerintah federal yang disetujui tahun lalu diperkirakan akan mulai mengalir dalam beberapa bulan mendatang guna mempercepat peralihan bahan bakar.

Tatum mengatakan dana puluhan miliar dolar dari pemerintah federal memotivasi banyak kota dan negara bagian untuk melakukan elektrifikasi.

Dia khawatir bantuan itu, yang sebagian besar berasal dari insentif pajak, malah akan mengalir ke pemilik rumah berpenghasilan tinggi, bukan warga berpendapatan rendah seperti penyewa rumah.

Kota Denver, yang sejak setahun terakhir telah menyiapkan salah satu program elektrifikasi paling luas di AS, memprioritaskan manfaat itu untuk menjangkau semua orang.

Pada 2025, bangunan komersial dan gedung perumahan yang ditinggali oleh lebih dari satu keluarga akan diminta untuk membeli pemanas dan tungku listrik yang hemat biaya, kata Katrina Managan, direktur bangunan dan rumah Kota Denver.

Program ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi di gedung-gedung seluas lebih dari 25 ribu kaki persegi sebesar 30 persen pada 2030, dan 80 persen pada 2040.

Kota itu juga ingin mencapai target emisi nol bersih pada 2040, kata Managan.

"Kami sudah merancang seluruh kebijakan agar tidak menaikkan tagihan. Biaya operasional tidak boleh berbeda jauh (dengan saat ini)," imbuhnya.

Tren yang sama juga sedang terjadi di Eropa, di mana invasi Rusia ke Ukraina telah mendorong seluruh negara Uni Eropa untuk menggandakan penjualan pompa panas listrik.

Banyak negara juga telah melarang sistem pemanas gas mandiri, kata Jan Rosenow, direktur program Eropa di Proyek Pendampingan Regulasi, sebuah LSM di Brussels.

Menurut dia, teknologi pompa panas dulunya tidak populer, tetapi sekarang sudah berubah berkat meningkatnya biaya pemanas pada bangunan.

Sumber: Thomson Reuters Foundation

Baca juga: Amerika serikat alokasikan 118 juta dolar AS untuk proyek "biofuel"
Baca juga: Menteri: AS tak pernah tekan Jepang keluar dari proyek energi Rusia
Baca juga: Biden dorong negara G20 penghasil energi untuk tingkatkan produksi

Penerjemah: Kenzu Tandiah
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023