Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Negara-negara kawasan di Asia Pasifik yang tergabung dalam APEC saat ini sudah menjadi basis produksi utama bagi pembuatan merek otomotif terkemuka di dunia, sehingga untuk pabrikan perlengkapan asli (OEM) perkembangannya sangat menggembirakan. "Asia Pasifik sudah dipilih oleh hampir semua produsen otomotif besar di dunia mengingat Asia Pasifik sangat memberikan nilai tambah yang terbaik sebagai basis produksinya," kata Menteri Perindustrian Fahmi Idris, kepada pers, di Nusa Dua, Bali, Selasa. Hal tersebut dikemukakan usai membuka Dialog Otomotif APEC ke-8 di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, yang diikuti oleh sejumlah produsen otomotif terkemuka di kawasan Asia Pasifik anggota APEC. Menurut Fahmi, khusus untuk OEM perkembangannya menggembirakan. Artinya, sekarang sudah banyak beberapa negara atau perusahaan yang mampu membuat itu. Sebab, kata Menperin, buat suatu industri mobil OEM sudah merupakan bisnis intinya dan diharapkan Indonesia telah berada dalam jalur itu dan bahkan beberapa industri otomotif sudah eksis dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia. Ia mencontohkan Indonesia dipilih oleh Yamaha Motor dan Honda Motor sebagai basis produksinya. "Bahkan Yamaha telah memiliki fasilitas industri di Indonesia yang lebih besar dibanding di negara asalnya, Jepang," kata Fahmi. Begitu juga dengan beberapa industri mobil, seperti Mitsubishi telah memilih Indonesia sebagai basis produksinya untuk memproduksi mobil komersial, serta Toyota sudah menetapkan Indonesia untuk memproduksi beberapa jenis tipe kendaraan. Dengan kata lain, tegas Fahmi, industri otomotif di Indonesia punya prospek yang baik dan pemerintah telah menetapkan bahwa akan mendorong, membina dan mengembangkan kemungkinan agar Indonesia berkonsentrasi OEM, suku cadang, dan pelayanan purna jual. "Itu yang harus menjadi pilihan berikutnya setelah Indonesia menjadi basis produksi produsen otomotif dunia," katanya. Indonesia seperti juga Malaysia juga memberi kesempatan dan tempat kepada prinsipal dari Jepang, Korsel, Amerika dan Eropa untuk bisa menjadi basis produksinya. Tingkatkan kandungan lokal Menurut Fahmi, dengan kesempatan mengembangkan OEM, suku cadang, serta playanan purna jual maka diharapkan kendaraan bermotor yang dirakit dan bahkan diproduksi di Indonesia paling tidak sudah memuat kandungan lokal 50 persen. "Tujuannya itu. Bahkan beberapa kendaraan komersial dan penumpang kandungan lokalnya sudah lebih 50 persen. Tentu dari waktu ke waktu diharapkan mencapai tingkat idealnya 90 persen atau 100 persen," katanya. Untuk target yang 50 persen kandungan lokalnya sudah banyak yang tercapai. Sementara target 90 sampai 100 persen sudah berjalan sejak 25 tahun yang lalu dan diharapkan bisa tercapai dalam waktu kurang dari 20 tahun. Menyinggung mengenai kebijakan otomotif di Asia Pasifik, Menperin Fahmi mengatakan, dilingkungan APEC ada dua kebijakan penting yang selama ini diterapkan yaitu hambatan tarif dan hambatan non tarif. "Itulah kebijakan yang dianut oleh semua negara APEC dan itu isyu paling pokok," kata Fahmi Idris. Buat Indonesia, tegasnya, kebijakan tersebut untuk mengembangkan industri otomotif tapi bagi para prinsipal kebijakan itu merupakan hambatan bagi perkembangan proses industrinya. Jadi, katanya, kebijakan hambatan tarif dan non tarif masih merupakan kebijakan utama bagi pengembangan industri otomotif di Indoensoa. Menperin mengatakan pula, bagi Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali mengembangkan industri otomotif. "Tidak ada pilihan lain. Garisnya barangkali tidak akan memproduksi mobil Indonesia secepat-cepatnya tapi membuat komponen, suku cadang, serta OEM. Kalau ketiganya kalau sudah dikembangkan dengan baik dan bisa ekspor maka saya yakin suatu saat mobil Indonesia bisa dilakukan oleh industriawan dalam negeri," kata ahmi Idris. (*)

Copyright © ANTARA 2006