Jakarta (ANTARA) - Dengan terjadinya masalah rantai pasokan, suku bunga yang tinggi, dan inventaris yang rendah, kalangan analis memproyeksikan estimasi sekitar 13,7 juta kendaraan baru terjual di Amerika Serikat (AS) pada tahun lalu, angka terendah dalam lebih dari satu dekade.

Meski penurunan sebesar 8 persen tercatat pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, proyeksi untuk 2023 tidak jauh lebih baik. Angka penjualan diperkirakan tetap jauh di bawah level prapandemi, dengan sekitar 17 juta mobil baru diperkirakan akan terjual, kata The Wall Street Journal pada Rabu (4/1).

"Penurunan tersebut menandai kemunduran untuk sektor yang memulai tahun ini dengan harapan bahwa suku bunga yang secara historis rendah dan berakhirnya kelangkaan suku cadang akan mendorong rebound penjualan," kata portal berita otomotif Jalopnikin dalam laporannya tentang perkembangan negatif tersebut.

Namun, kendaraan justru terus mengalami kelangkaan pasokan karena sebagian besar produsen mobil menunggu cip komputer yang langka, urai laporan Jalopnikin, yang menyebutkan bahwa aksi militer Rusia di Ukraina, yang menjadi pemasok utama suku cadang mobil, menambah masalah pada rantai pasokan.
 
   Survei baru dari perusahaan konsultan Deloitte menunjukkan bahwa konsumen AS semakin dijauhkan dari kendaraan listrik (electric vehicles/EV) karena harganya yang terus meningkat, meski mereka berminat membeli


Terlebih lagi, survei baru dari perusahaan konsultan Deloitte menunjukkan bahwa konsumen AS semakin dijauhkan dari kendaraan listrik (electric vehicles/EV) karena harganya yang terus meningkat, meski mereka berminat membeli

Menurut survei, hampir tujuh dari 10 calon pembeli EV di AS berharap dapat membayar kurang dari 50.000 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.590) jika membeli kendaraan baru, angka yang sulit dicapai dengan sebagian besar EV yang tersedia di pasaran saat ini. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023