New York (ANTARA News) - Indonesia mencatat kemajuan yang cukup berarti dalam penyediaan nutrisi bagi anak-anak sehingga ada harapan untuk dapat mencapai target MDG tahun 2015 di sektor tersebut. Dalam laporan Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF) mengenai perkembangan nutrisi yang diluncurkan di Markas PBB New York, Selasa, Indonesia tercatat masih on the track menuju target MDG (Millennium Development Goals) yang telah dicanangkan para pemimpin dunia tersebut. Laporan yang disampaikan Direktur UNICEF Ann Veneman tersebut meliputi catatan perkembangan dari tahun 1990 hingga 2004. Bersama China, Malaysia dan Vietnam, terlihat kemajuan Indonesia dalam pemberian nutrisi terhadap anak-anak. Negara lainnya di Asia Tenggara yang kemajuan dalam pemberian nutrisi balitanya masih belum memadai adalah Filipina, Myanmar dan Laos, sementara Kamboja justru mengalami kemunduran. Indikator yang dipakai UNICEF dalam laporan tersebut meliputi catatan tingkat kematian anak balita, dan jumlah balita yang berat badannya di bawah standar. Indikator pendukung lainnya adalah jumlah keluarga yang mengkonsumsi garam beryodium, tingkat pemberian zat besi dan vitamin A. Persentasi kematian dan jumlah anak-anak balita yang berat badannya di bawah standar, serta menurut Ann Venneman, memiliki korelasi dengan kemiskinan dan kelaparan. Salah satu poin dari MDG itu sendiri adalah mengurangi kemiskinan dan kelaparan di dunia pada 2015 hingga 50 persen dibanding jumlah pada 1990. Dalam jumlah balita yang meninggal dan bayi yang berat badannya di bawah standar pada kurun waktu 1990-2004, Indonesia mencatat penurunan rata-rata tiap tahun 2,7 persen. Tahun 2004, jumlah kematian balita di Indonesia tercatat 38 dari tiap 1.000 balita, sedangkan untuk jumlah yang beratnya di bawah standar adalah 28 setiap 1.000 balita. Singapura mencatat persentase paling rendah untuk dua bidang tersebut yakni tiga dari tiap 1.000 anak. Saat ini lebih dari 25 persen anak balita di negara-negara sedang berkembang, yakni sekitar 146 juta anak mengalami masalah kurang berat badan, yang menjadi indikator kurangnya nutrisi. Sebagian dari jumlah tersebut terdapat di tiga negara Asia Selatan yakni Bangladesh, India dan Pakistan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006