Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Benny K Harman, menyatakan dengan terpilihnya kembali Bagir Manan sebagai Ketua Mahkamah Agung (MA) menandakan adanya krisis kepemimpinan di tubuh lembaga peradilan tertinggi di Indonesia itu. "Kalau ditanya ada krisis kepemimpinan atau tidak, menurut saya, ya. Tidak banyak tokoh di MA ini yang memiliki kapasitas untuk menduduki sebagai pimpinan MA. Itu harus diakui," katanya ketika dijumpai di Gedung MA, Jakarta, Selasa, seusai acara pemilihan Ketua MA. Ia bahkan menyebut Bagir Manan sebagai yang "terbagus di antara yang terjelek". Namun, Benny menambahkan Bagir Manan adalah pilihan yang tepat pada masa transisi sejak ditetapkannya peradilan satu atap di bawah MA pada 2001. Untuk itu, ia berharap pada masa jabatan keduanya sebagai Ketua MA yang hanya dua setengah tahun, Bagir dapat secara total melakukan perubahan sistem peradilan, terutama menyusun langkah-langkah nyata untuk membersihakn citra peradilan. Benny mengemukakan kualitas hakim agung yang relatif rendah pada saat ini karena mereka adalah produk dari mekanisme lama yang dipilih oleh DPR. Untuk itu, ia berharap Komisi Yudisial (KY) dapat merekrut hakim agung yang lebih berkualitas di masa mendatang. "Saya tidak menemukan adanya hakim agung muda yang punya pikiran progresif untuk menegakkan keadilan. Itu adalah produk dari sistem rekrutmen masa lampau," katanya. Untuk membuat sistem kaderisasi yang baik di MA, menurut dia, juga cukup sulit karena kaderisasi di MA menggunakan sistem karir yang tertutup yang telah berjalan sejak lama. "Kaderisasi di MA sistemnya lain, melalui sistem karir yang sudah berjalan bagus tetapi tidak selalu mencerminkan kualitas orang. Orang naik pangkat menjadi Ketua Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi itu kan melalui mekanisme yang korup," ujarnya. Semakin kuat Sementara itu, Ahmad Santosa dari lembaga kemitraan yang turut menghadiri pemilihan Ketua MA mengatakan perolehan 44 suara dari total 48 hakim agung yang memberikan suara telah menunjukkan bahwa Bagir memang yang terbaik untuk saat ini. "Ini menunjukkan dia yang terbaik. Karena saya lihat, kalau tidak dia, siapa lagi," ujarnya. Dengan perolehan suara mayoritas, Ahmad mengatakan posisi Bagir Manan semakin kuat karena memperoleh dukungan dari hampir semua hakim agung. Namun, ia juga menambahkan Bagir harus bekerja keras selama dua setengah tahun ke depan masa jabatannya untuk memperbaiki dan meperbaharui dunia peradilan. "Pokoknya, untuk dua setengah tahun ke depan itu merupakan tugas yang berat bagi Bagir untuk pulihkan citra MA dan peradilan dengan modal cetak biru," ujarnya. Cetak biru pembaruan MA pertama kali disusun pada 2003 sejak sistem peradilan satu atap. Cetak biru tersebut merupakan acuan kerja Ketua MA selama lima tahun untuk memperbaki dan memperbaharui dunia peradilan. Ahmad mengatakan dalam waktu dekat akan dilaksanakan evaluasi pembaharuan peradilan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi. (*)

Copyright © ANTARA 2006