Ambon (ANTARA) - Clerry Clerry Institute (CCI) meluncurkan buku merawat Maluku kisah Inspiratif tujuh anak muda daerah ini yang mendedikasikan diri merawat lingkungan di Provinsi ini.

"Peluncuran buku merawat Maluku bertepatan dengan tujuh tahun saya mengabdi untuk daerah ini. Buku ini juga berisi kisah inspiratif tujuh anak muda Maluku yang giat bekerja di bidang lingkungan," Kata Direktur CCI, Dwi Prihandini, saat peluncuran buku tersebut di Ambon, Selasa.

Baca juga: Masyarakat Negeri Larike masih merawat tradisi "tunggu batal"

Ia mengatakan, ide penulisan buku diawali ketika dirinya ingin mengapresiasi aktivis lingkungan sekaligus pendiri Beta Bank Sampah Ambon Joe Manuhuwa, tetapi tidak hanya Joe yang bergerak di isu lingkungan ada enam anak muda lainnya, sehingga berproses itu menjadi tujuh anak muda Maluku.

"CCI juga sebelumnya menerbitkan buku untuk seorang pendongeng yang membawa cerita dengan pesan toleransi, Eklin de Fretes tentang kisah damai, dan di tahun ini didedikasikan untuk tujuh anak muda lainnya,"katanya.

Baca juga: Pesona batik Ambon dan tradisi merawat kebudayaan

Buku ini, kata Dwi, ditulis oleh jurnalis sekaligus penggagas provokator damai Maluku, Embong Salampessy, sekaligus melakukan wawancara bagi tujuh anak muda tersebut.

Apa yang dilakukan, katanya, menjadi kekuatan inspirasi untuk merawat Maluku, setelah dirinya berkeliling ke 11 Kabupaten dan Kota setempat untuk membantu penyandang disabilitas dan kaum marjinal.

Baca juga: "Rupiah Berdaulat", ikhtiar menjaga kedaulatan wilayah 3T Maluku

"Kita harus mau mengorbankan apa yang kita miliki jika benar- benar mau mencintai Maluku, dimana dalam perjalanan pelayanan ini saya tidak membuka rekening atau donasi, " katanya.

Dwi berharap, anak muda Maluku bukan anak muda tiktokers, tetapi anak muda yang memikirkan akan dibawa kemana daerah ini pada 20-30 tahun kedepan.

Baca juga: Menjaga sumber daya laut di Maluku dengan tradisi budaya sasi

"Buku ini akan menjadi rekam jejak bagi anak muda Maluku, sehingga siapapun yang ingin menjadi agen perubahan, bisa membaca kisah mereka, bahwa perjuangan itu tidak sekadar senang saja tetapi juga ada proses," katanya.

Penulis buku merawat Maluku, Embong Salampessy menyatakan, penulisan buku diawali dengan tahapan wawancara tujuh anak muda tersebut, yang tersebar di sejumlah kota dan negara.

Baca juga: Kerja sama tokoh agama diharapkan bisa menjaga kamtibmas di Maluku

"Proses wawancara mereka menceritakan apa yang dilakukan, sehingga mudah untuk menulis dan hal ini menjadi inspirasi bagi anak muda lainnya di Maluku," katanya.

Selama menulis buku tersebut, Embong mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti, semoga buku merawat Maluku bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Baca juga: Harga kebutuhan pokok di Malut relatif naik

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022