Jakarta (ANTARA News) - Penemuan kapal berisi harta karun di perairan utara Cirebon kemungkinan besar akan mengubah sejarah masuknya Islam ke Indonesia, yang semula tertulis sekitar tahun 1.100-an, menjadi lebih awal, yakni tahun 904 Masehi. "Dari penelitian yang dilakukan ilmuwan Jerman dan Perancis terdapat bukti-bukti sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia pada tahun 904 Masehi," kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, setelah diterima Wapres Jusuf Kalla, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, laporan berisi bukti-bukti hasil penelitian awal yang menunjukkan keberadaan kapal itu dari aspek sejarah saat ini sudah dilaporkan kepada Presiden dan Wapres. Pemerintah berharap penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan berkewarganegaraan Jerman Fred Dobberphul, dan ilmuwan berkewarganegaraan Perancis Jean Paul Blancan itu bisa diteruskan keduanya untuk mengungkap lebih jauh sejarah kedatangan Islam. Kapal yang ditemukan pertama kali pada awal 2004 itu disinyalir dibangun oleh putra-putra Indonesia pada masa Kerajaan Sriwijaya dengan keahlian arsitektur yang tinggi, karena kapal tersebut bisa berlayar sampai ke daratan China, Arab, dan negara-negara lain. "Ini yang dibuktikan oleh kedua peneliti itu. Ada bukti tulisan dalam bahasa Arab hasil temuan di kapal yang menunjukkan masuknya ke Indonesia pada tahun 904 Masehi saat Dinasti Tsung berkuasa," katanya. Numberi menambahkan bukti-bukti secara ilmiah sudah cukup lengkap, namun pemerintah tetap memberi kesempatan kepada kedua peneliti untuk mencari serpihan kapal di dasar laut untuk direkonstruksi dan diteliti bagaimana teknologi pembuatan kapal pada saat itu. Namun, menurut dia, penelitian sementara menunjukkan bahwa teknologi yang dipakai bukan berasal dari China atau kerajaan asing lainnya, melainkan dari orang Indonesia sendiri. Numberi mengatakan, Wapres Jusuf Kalla ingin mengetahui tentang nasib kedua peneliti yang sempat ditahan Mabes Polri sekitar lima minggu lalu dengan tuduhan mencari harta karun secara ilegal, namun saat ini mereka sudah dibebaskan dan telah diberikan izin untuk melanjutkan penelitiannya. "Kedua orang asing itu adalah ilmuwan yang bertugas menyelidiki kapal dari segi sejarah, bukan harta karunnya," kata Numberi. Harta karun disimpan Sementara itu, harta karun yang antara lain berupa guci, emas, dan batu-batuan berharga saat ini disimpan di Bank Mandiri. Wapres seperti dikutip Numberi juga meminta Polri untuk menyerahkan serpihan-serpihan kayu, tulang manusia, dan lain-lain yang masih disimpan untuk diteliti lebih lanjut agar jangan sampai musnah. Numberi juga menambahkan pemerintah akan melakukan lelang melalui balai lelang Indonesia sekitar Desember mendatang di Amsterdam. Terkait dengan lelang ini, Balai Lelang Indonesia (Balindo) akan bekerjasama dengan PT Paradikma Putera Sejahtera yang selama ini mendapatkan izin untuk mencari harta karun di Cirebon tersebut, katanya. Harta karun yang diperkirakan bernilai 20 juta dolar AS itu tidak semuanya dilelang, karena sebagian akan disimpan di museum, katanya. "Jika sejarah harta karun itu bisa dibuktikan dengan lengkap, hal ini akan bisa memberikan nilai yang lebih tinggi menjadi sekitar 40 juta dolar AS," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006