Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tengah melakukan kunjungan resmi kenegaraan ke lima negeri di kawasan Timur Tengah, yang disebut-sebut bertujuan mencari pendanaan untuk infrastruktur di Tanah Air, termasuk pembiayaan proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Negara-negara itu adalah Arab Saudi (25-28 April), Kuwait (28-30 April), Qatar (30 April - 1 Mei), Uni Emirat Arab (1-2 Mei) dan Jordania (3-4 Mei) Negara pertama dalam rangkaian kunjungan presiden adalah Kerajaan Arab Saudi, negara terluas dan sangat berpengaruh di kawasan Teluk Arab yang berbatasan langsung dengan Jordania, Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, dan Yaman. Hubungan Indonesia-Arab Saudi telah berlangsung sangat harmonis, karena tiap tahunnya banyak jemaah asal Indonesia menunaikan ibadah haji serta umroh di negeri itu. Keharmonisan itu berkaitan erat dengan dengan keberadaan sekitar 350.000 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mencari makan di negara tersebut. Banyak pengamat ekonomi mengharapkan kunjungan Presiden ke negara tersebut dapat menghasilkan sejumlah kesepakatan kerjasama perdagangan dan investasi. Profil Arab Saudi Kerajaan Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab dengan wilayahnya sebagian besar terdiri atas gurun pasir. Negeri yang beribukota di Riyadh itu berpopulasi sekitar 27 juta orang dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita mencapai 12.900 dollar AS pada 2005. Nama Saudi berasal dari kata Bani Saud sebagai keluarga kerajaan dan pendirinya. Arab Saudi terkenal sebagai Negara kelahiran Nabi Muhammad SAW serta tumbuh dan berkembangnya agama Islam. Kerajaan Arab Saudi modern bermula saat Muhammad bin Saud bersama Muhammad bin Abdul Wahhab pada 1750 bekerja sama untuk memurnikan agama Islam. Misi itu kemudian dilanjutkan oleh Abdul Aziz Al Saud atau Abdul Aziz Ibnu Saud (yang terkenal dengan julukan "Singa Nejed") dengan menyatukan seluruh wilayah Hijaz yang dulu dikuasai oleh Syarif Husein dengan wilayah Nejed. Pada 1902 Abdul Aziz menguasai Riyadh dari penguasa Al-Rashid, kemudian berturut-turut dia juga menguasai wilayah Al-Ahsa kemudian wilayah Nejed antara tahun 1913-1926. Pada 8 Januari 1926, Abdul Aziz menjadi penguasa wilayah Nejed. Pada 1932 wilayah itu diresmikan sebagai Kerajaan Arab Saudi. Arab Saudi menggunakan sistem monarki. Hukum yang digunakan adalah syariat Islam berasaskan Wahhabi, yakni pengamalan ajaran Islam semurni-murninya sesuai dengan Al Qur`an dan Hadits. Meskipun umumnya menggunakan madzhab Imam Hambali, namun pada praktiknya hanya sebagian saja yang diterapkan. Pemerintah Arab Saudi selalu berupaya menjaga stabilitas di kawasan tersebut serta mengawasi dengan ketat bahaya munculnya elemen-elemen gerakan teroris atau kelompok ekstrimis di negara tersebut. Untuk memperkuat pengawasan, pemerintah setempat menerima penempatan pasukan AS di negara tersebut pasca invasi Irak ke Kuwait tahun 1990. Selain itu, pemerintahannya bersikap sangat keras terhadap setiap jenis oposisi, yang telah mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok pembangkang seperti halnya pemimpin dari kelompok teroris Al Qaeda, Usamah bin Ladin (Osama bin Laden), yang berhasil memanfaatkan dukungan rakyat yang benci dengan peran AS di Timur Tengah. Arab Saudi, meskipun merupakan negara pertama yang menggunakan sistem televisi satelit di kawasan tersebut, namun memiliki catatan panjang sebagai negara yang telah melakukan pengawasan ketat terhadap pers. Kritikan terhadap pemerintahan dan keluarga kerajaan serta terhadap hal-hal yang menyangkut Islam umumnya tidak ditoleransi dan mendapat sanksi keras dari pemerintah. Namun, sejak 2003 terdapat tanda-tanda meningkatnya keterbukaan dengan beberapa hal-hal yang sebelumnya dianggap tabu telah diperkenankan untuk diliputpers. Arab Saudi saat ini diperintah Raja Abullah bin Abdul al Aziz Al Saud yang menggantikan almarhum Raja Fahd pada Agustus 2005. Raja Abdullah dianggap banyak pengamat sebagai seorang reformis yang berhati-hati. Dia disebut-sebut pula sebagai seorangraja yang bersih, tidak ternoda dengan kasus-kasus korupsi, yang banyak dituduhkan dilakukan kepada keluarga kerajaan Saudi. Dihargai di kalangan dunia Arab sebagai seorang pendukung kepentingan Arab yang lebih luas, dia telah berkali-kali mengkritik AS atas dukungannya terhadap Israel, demikian pula dengan pendudukan Israel di wilayah Palestina. Wilayah dagang Wilayah Arab Saudi dahulu merupakan wilayah perdagangan, terutama di kawasan Hijaz antara Yaman-Mekkah-Madinah-Damaskus dan Palestina. Sektor pertanian saat itu dikenal dengan banyaknya perkebunan kurma dan gandum serta peternakan yang menghasilkan daging serta susu dan olahannya. Pada saat ini digalakkan sistem pertanian terpadu untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian. Perindustrian umumnya bertumpu pada sektor minyak bumi dan petrokimia terutama setelah ditemukannya sumber-sumber minyak pada 3 Maret 1938. Selain itu, Arab Saudi juga untuk mengatasi kesulitan sumber air, selain bertumpu pada sumber air alam (oase) juga didirikan industri desalinasi air laut di kota Jubail. Sejalan dengan tumbuhnya perekonomian maka kota-kota menjadi tumbuh dan berkembang. Ekonomi negeri itu sangat disokong oleh hasil minyak bumi. Cadangan minyak Saudi Arabia pada 2003 diperkirakan mencapai 260,1 miliar barel, setara dengan seperempat total cadangan minyak dunia. Saudi sangat berperan dalam organisasi penghasil minyak (OPEC), karena nyaris semua pendapatan ekspornya diperoleh dari perdagangan minyak yakni sekitar 90 persen. Pada beberapa tahun terakhir, Arab Saudi mendapatkan penghasilan yang meningkat sangat tajam seiring dengan harga minyak dunia yang melambung. Dalam laporan tahunan global economy freedom yang disusun oleh "The Heritage Foundation" dan "Wall Street Journal" tahun 2004, Arab Saudi menduduki ranking ketujuh dalam "The Most Free Economy" di antara negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Arab Saudi merencanakan sampai tahun 2007 akan meningkatkan produksinya dari 11 juta barel per hari saat ini menjadi 11,8 juta barel per hari. Kenaikan produksi tersebut akan dapat memenuhi permintaan negara-negara yang pertumbuhan ekonominya cepat dan merupakan importir minyak besar, seperti Cina dan India. Neraca dagang RI-Arab Saudi Data Departemen Perdagangan menyebutkan, total perdagangan Arab Saudi dengan Indonesia pada periode Januari-September 2004 mencapai 1,68 milyar dolar AS, atau naik 16,57 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2003. Ekspor Indonesia ke Arab Saudi mencapai 295,81 juta dolar AS atau turun 10,05 persen dibanding periode yang sama tahun 2003, sedangkan impor dari Arab Saudi ke Indonesia sebesar 1,38 milyar dolar AS meningkat 24,44 persen. Neraca perdagangan Indonesia dengan Arab Saudi periode Januari-September 2004 mengalami defisit bagi Indonesia sebesar 1,09 milyar dolar AS. Mengenai ekspor komoditi Indonesia ke Arab Saudi, dari 16 komoditi ekspor andalan Indonesia pada bulan September 2004, terdapat 10 komoditi yang ekspornya menurun dibanding tahun lalu, di antaranya yang nilainya paling tinggi adalah tripleks, plywood sebesar sebesar 46,87 juta dolar AS (turun 35,08 persen). Selain itu, kain tenun dari serat buatan sebesar 32,16 juta dollar AS (turun 25,62 persen), pakaian wanita, bukan rajut sebesar 14,26 juta dolar AS (turun 34,81 persen, kertas dan karton yang dipotong dan dibentuk sebesar 12,91 juta dolar AS (turun 36,69 persen) dan pakaian pria bukan rajut sebesar 12,83 juta dolar AS (turun 17,79 persen). Komoditi ekspor andalan Indonesia yang mengalami peningkatan nilai ekspor ada enam komoditi, yaitu kertas dan kertas karton dengan nilai 26,88 juta dollar AS (naik 75,79 persen), ban luar dan dalam untuk segala jenis mobil dengan nilai ekspor 21,12 juta dolar AS (naik 15,11 persen). Selain itu, asesories/komponen pakaian jadi dengan nilai ekspor 9,33 juta dolar AS (naik 4,63 persen), pesawat radio penerima dengan nilai ekspor 8,72 juta dolar AS (naik 3,11 persen), furniture dan komponen dengan nilai ekspor 7,13 juta dolar AS (naik 14,91 persen), mesin pengolah data otomatis dengan nilai ekspor 1,11 juta dolar AS (naik 1.332,34 persen). Arab Saudi menjadi investor terbesar di Indonesia pada 2004. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia menunjukkan bahwa dari total investasi asing sebesar 10,3 milyar dollar AS pada tahun 2004, Arab Saudi menduduki ranking pertama terbesar dengan nilai investasi sebesar 3,02 miliar dollar AS atau 29,4 persen dari total investasi asing. Investasi tersebut terdapat pada empat proyek yang meliputi industri pupuk buatan majemuk, industri refinery dan kilang minyak, real estate, dan kantor perwakilan perdagangan. Pada 2001, Arab Saudi pernah menduduki posisi ranking kedua investor terbesar di Indonesia dengan nilai 1,5 milyar dolar AS, setelah investor Malaysia. Sejak investor Arab Saudi menanamkan modalnya di Indonesia tahun 1997, maka total investasi Arab Saudi di Indonesia sampai akhir tahun 2004 mencapai 7,55 milyar dolar AS pada 35 proyek. Bidang usaha yang diminati investor Arab Saudi adalah industri permesinan, industri kimia, industri furniture, industri refinery dan kilang minyak, perdagangan ekspor-impor, real estate, perhotelan dan perjalanan wisata. Minat investor Arab Saudi di Indonesia terutama didasari oleh potensi pasar Indonesia yang besar, iklim investasi dan kondisi politik dan keamanan yang terus membaik serta semakin meningkatnya aktifitas kunjungan pengusaha kedua negara. Salah satunya adalah delegasi 40 pengusaha Indonesia ke Arab Saudi yang dipimpin Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI pada 2004. Investor Arab Saudi sangat berminat bekerjasama dengan pengusaha Indonesia yang memiliki proposal proyek tertulis yang lengkap dan jelas, terutama untuk proyek yang sudah berjalan dan ingin perluasan. Dengan perkembangan yang semakin menggembirakan itu, maka dapat diharapkan akan lebih memacu para investor Arab Saudi untuk menanamkan modalnya di Indonesia pada 2006. Perusahaan minyak negara, Saudi Aramco,menyatakan bersedia berinvestasi membangun kilang pengolahan minyak di Tuban, Jawa Timur. Dengan demikian, kilang itu akan dibangun secara bersama-sama PT Pertamina, Sinopec (dari Cina), dan Saudi Aramco. Nota kesepahaman kerja sama itu dijadwalkan ditandatangani Presiden Yudhoyono di sela-sela kunjungan kerjanya ke Arab Saudi. (*)

Oleh Oleh Yuri Alfrin Aladdin
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006