Jakarta (ANTARA News) - Kasus infeksi virus flu burung (Avian Influenza/AI) di Tanah Air beberapa bulan terakhir mulai mereda, kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan I Nyoman Kandun di Jakarta, Selasa. Dijelaskannya bahwa saat ini tingkat pertambahan jumlah kasus dan tingkat kematian akibat penyakit yang ditularkan oleh unggas itu cenderung lebih lambat dibandingkan periode awal merebaknya penyakit tersebut pertengahan tahun 2005. Data dari Posko Kejadian Luar Biasa Flu Burung Departemen Kesehatan menyebutkan hingga akhir bulan Februari 2006 jumlah kasus AI yang dikonfirmasi oleh Laboratorium WHO di Hongkong sebanyak 27 kasus dan 19 di antaranya meninggal dunia dan hingga 24 April 2006 jumlah kasus konfirmasi sebanyak 34 kasus dengan jumlah korban meninggal 25 orang. Pada bulan-bulan sebelumnya, meskipun tidak signifikan, jumlah kasus dan kematian akibat infeksi virus influenza tipe A subtipe H5N1 itu cenderung lebih tinggi dibandingkan dalam tiga bulan terakhir. "Penurunan memang ada, tapi kita tetap harus waspada karena mungkin akan bertambah lagi," kata Kandun. Ia menjelaskan selain karena faktor alam seperti iklim dan cuaca, penurunan kasus kemungkinan juga terjadi karena berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan penyakit menular itu telah menuai hasil. "Turunnya kasus AI barangkali terjadi karena sedikit upaya kita, walaupun belum optimal, telah menampakkan hasil. Ditambah faktor lain seperti alam dan keberuntungan barangkali," katanya. Namun ia menjelaskan bahwa pada dasarnya semua penyakit menular mempunyai pola epidemik "bell shaped" atau naik dan turun dengan sendirinya, karena itu langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan harus tetap diintensifkan. Menurut dia, hingga saat ini pemerintah secara bertahap berusaha menerapkan berbagai langkah dan kebijakan yang dituangkan dalam Rencana Strategi Nasional untuk Menghadapi Pandemi Avian Influenza (National Preparedness Plan for Avian Influenza Pandemic). "Strategi nasional sudah dilakukan secara bertahap, diantaranya berupa pengadaan dan pendistribusian lima juta tablet Oseltamivir--obat antivirus influenza yang direkomendasikan dalam penanganan kasus AI-- ke provinsi-provinsi yang terjangkit," katanya. Pemerintah, lanjut dia, juga telah menunjuk salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen farmasi untuk memroduksi obat antivirus yang efektif digunakan pada 48 jam setelah pasien terinfeksi itu. Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Richard Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan menunjuk PT Indofarma dan PT Kimia Farma untuk memroduksi obat antivirus influenza yang dikenal dengan nama dagang Tamiflu tersebut. "Rencananya yang ditunjuk Indofarma dan Kimia Farma. Saat ini mereka sedang dalam proses pendaftaran ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan--red). Targetnya tahun ini sudah bisa mulai produksi atau maksimal akhir 2006," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006