Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, meski harga minyak dunia terus meningkat hingga mencapai angka di atas 74 dolar AS per barel, pemerintah tidak akan mengambil kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan lebih memilih melakukan efisiensi. "Sekarang ini saya kira tidak perlulah dinaikkan (harga BBM, red). Kita tinggal (memilih) efisiensi sajalah, memperbaiki listrik dan sebagainya, termasuk cara untuk menghemat," kata Wapres di Jakarta, Senin, usai berbicara dalam Pertemuan Pertama "Advisory Board on Tsunami-Related Audit". Wapres mengakui, kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi APBN karena bisa menyebabkan subsidi naik, namun kenaikan harga minyak dunia itu masih perlu dicermati lebih jauh. "Harga 75 dolar AS per barel itu kan bisa naik dan juga bisa turun, mudah-mudahan bisa turun lagi dalam waktu singkat," katanya. Namun ia mengingatkan, jika harga minyak dunia naik maka tentunya pendapatan negara dari sektor minyak juga akan mengalami kenaikan sehingga meskipun akan ada defisit namun nilainya tidak akan terlalu besar. "Jadi ada dua hal, jika harga (minyak dunia) naik maka pemasukannya juga naik, sehingga memang defisit kita tidak akan besar, karena tidak equivalen naik langsung dari 57 dolar AS per barel menjadi 75 dolar AS per barel," katanya. Ketika ditanya mengenai pengaruhnya pada APBN, Wapres mengatakan, angkanya masih harus dihitung dulu dan setidaknya masih menunggu hingga bulan Juni. Dalam APBN 2006, harga minyak dunia dipatok pada posisi 57 dolar AS per barel. Harga perkiraan tersebut lebih rendah 3-5 dolar dibandingkan harga minyak dunia pada saat itu. Namun, saat ini harga minyak dunia terus mengalami kenaikan hingga di atas 74 dolar per barel diperkirakan tidak bertahan lama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006