Jakarta, 24 April 2006 (ANTARA) - Pemanfaatan kayu limbah pembalakan sampai saat ini dirasakan belum optimal. Karena pada umumnya penggergajian kayu limbah pembalakan menghasilkan sortimen sempit dan/atau pendek. Teknologi laminasi merupakan salah satu solusi untuk memperoleh sortimen lebih lebar dan/atau panjang. Berbagai teknik laminasi bisa dikembangkan, sebagai contoh laminasi ke arah lebar untuk menghasilkan papan sebagai bahan baku daun meja, dinding atau pintu. Laminasi ke arah tebal untuk menghasilkan balok antara lain untuk komponen kusen pintu atau jendela, kaki meja, barang bubutan dan kerajinan. Laminasi ke arah panjang dilakukan untuk memperoleh papan atau balok berukuran lebih panjang. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari kayu lamina antara lain, (1) dapat dibuat dari kayu berkualitas rendah, (2) dapat dibuat dari kayu berukuran kecil yang dapat menghasilkan balok berukuran besar sehingga suplai bahan akan bertambah, (3) dapat menghasilkan bahan yang lebih panjang, lebar dan lebih tebal atau lebih besar, (4) serta dapat dibuat melengkung dengan penampang yang bermacam-macam sesuai pemusatan beban, di mana pada kayu utuh hal itu sulit dilakukan. Dalam usaha meningkatkan daya guna kayu limbah pembalakan, Departemen Kehutanan telah melakukan penelitian kayu lamina dari hutan tanaman baik dari satu jenis maupun gabungan dari beberapa jenis. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh masa kempa, jenis perekat dan komposisi jenis kayu terhadap sifat keteguhan lentur (MOE) dan patah (MOR) kayu lamina. Bahan yang digunakan adalah batang kayu tusam (Pinus merkusii), damar (Agathus sp.) dan gmelina (Gmelina arborea) berdiameter (< 20cm) dan panjang maksimum 2m, berupa kayu limbah hasil pembalakan hutan tanaman. Perekat yang digunakan adalah lignin resorsinol formaldehida (LRF), tanin resorsinol formaldehida (TRF), dan phenol resorsinol formaldehida (PRF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kempa 8 jam menghasilkan nilai MOE (keteguhan lentur) lebih besar sedangkan masa kempa 12 jam meningkatkan MOR (keteguhan patah). Komposisi jenis terbaik dari kayu lamina berdasarkan nilai MOE dan MOR-nya adalah agathis-agathis-agathis pada masa kempa 8 jam. Ketiga jenis kayu limbah hasil pembalakan tersebut memiliki sifat perekatan yang baik dan cocok dibuat produk kayu rekonstitusi khususnya kayu lamina tipe eksterior untuk keperluan struktural. Kayu lamina (glulam) pertama kali digunakan di Eropa pada sebuah auditorium di Basel, Swiss tahun 1893. Pada pertengahan tahun 1930 - 1980 hampir semua produk lamina digunakan di Amerika Serikat. Selama pertengahan tahun 1990-an pasar ekspor dikembangkan dalam jumlah signifikan material tersebut telah dikapalkan ke negara-negara lingkar Pasifik, terutama Jepang. Dengan semakin terbatasnya pasokan kayu untuk keperluan konstruksi, pemanfaatan kayu limbah dengan teknik laminasi diharapkan dapat menjadi sumber bahan baku kayu konstruksi, karena kayu lamina ini merupakan salah satu alternatif produk yang tepat untuk pemanfaatan kayu limbah. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi Achmad Fauzi, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021)-5705099, Fax: (021)-5738732 (T.AD001/B/OD001/OD001) 24-04-2006 14:28:24

Copyright © ANTARA 2006