Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bekerja sama dengan Korea Selatan untuk meningkatkan kemampuan industri mesin perkakas (machine tools) dalam negeri yang perannya penting bagi sektor manufaktur, karena memproduksi komponen mesin dan peralatan yang bernilai tambah tinggi.

Selama ini kebutuhan mesin perkakas untuk pabrik, bengkel, dan pendidikan, hampir semuanya masih dipenuhi dengan impor dan hingga saat ini produsen mesin perkakas dalam negeri masih memproduksi mesin perkakas sederhana skala light dan medium duty.

"Faktor-faktor yang perlu didorong dari industri mesin perkakas adalah penguasaan teknologi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dua hal faktor ini amat penting untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi subsektor tersebut,” ungkap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Untuk mengoptimalkan pengembangan teknologi industri mesin perkakas, pada 2020 Ditjen ILMATE Kemenperin telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Korea Institute of Advancement of Technology (KIAT) terkait komitmen kedua belah pihak untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas industri dan akademisi mesin perkakas Indonesia melalui proyek kerjasama MTIDC (Machine Tools Industry Development Center).

Kesepakatan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk kerja sama antara KIAT, CAMTIC Advance Mechatronics Technology Institute for Commercialization, dan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kerja sama tersebut diimplementasikan dalam bentuk peningkatan kapasitas SDM industri melalui pelatihan dan pendidikan bidang industri mesin perkakas dengan tenaga ahli dari Korea Selatan, perakitan dan pengembangan bersama mesin perkakas untuk menstimulasi produksi mesin perkakas maupun komponennya di dalam negeri, serta pemberian hibah mesin general lathe dan peralatan pendukungnya.

Pada saat penyelenggaraan seremonial kerja sama MTIDC tersebut di Bandung, Selasa (1/11), Taufiek menyatakan optimismenya bahwa dengan kemampuan COE ITB dan transfer pengetahuan pihak Korea Selatan, akan lahir inovasi-inovasi baru yang dapat diserap oleh Kementerian/Lembaga.

"Machine tools berperan penting untuk memperkuat industri nasional. Dengan kerja sama ini, peralatan tersebut dapat mengisi pengadaan pemerintah serta digunakan di Sekolah Menengah Khusus. Kami juga mengharapkan ITB dapat mengembangkan variasi machine tools untuk makin memajukan produksi nasional," ujarnya.

Direktur Jenderal KIAT Park Cheon Kyo menyatakan pihaknya mendukung pengembangan mesin-mesin lain seperti mesin bubut CNC. Menurutnya, hal ini dapat membantu pengembangan industri mesin perkakas Indonesia.

"Proyek ini merupakan simbol teknologi dan kerja sama bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia untuk meningkatkan kerukunan dan kebersatuan antar negara," ungkapnya.

Vice President CAMTIC Song Ki Jung menambahkan pusat mesin perkakas di Indonesia ini diharapkan dapat menjadi model. Ke depan Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pusat mesin, namun juga pusat di bidang-bidang lainnya.

"Semoga kerja sama kedua negara ini dapat terus berlangsung dengan baik dan tidak menutup kemungkinan untuk membangun kerja sama kembali untuk proyek-proyek lainnya," kata Song.

Sementara itu Rektor ITB Reini Wirahadikusumah menyampaikan terima kasih kepada Kemenperin yang telah mendorong dan memfasilitasi terwujudnya kerja sama antara KIAT, CAMTIC, dan FTMD ITB.

Baca juga: Produsen baja Korsel ingin investasi di Indonesia, Ini kata Erick

Baca juga: PT KSP ajak Korsel terus investasi di Kawasan Industri Cilegon

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022