Indonesia sudah berhasil mengurangi kebocoran sampah dari darat ke laut sebesar 28,5 persen hingga tahun 2021
Jakarta (ANTARA) - Usai pandemi melanda, perekonomian domestik semakin didorong untuk tak hanya tumbuh tinggi, namun juga tumbuh berkelanjutan agar masyarakat bisa sejahtera dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan.

Mendorong perekonomian untuk tumbuh berkelanjutan bukan tugas pemerintah semata, melainkan seluruh pihak harus bahu-membahu bergotong-royong melakukannya, mulai dari masyarakat umum hingga dunia usaha.

Gojek, sebagai perusahaan teknologi buatan anak negeri pun, tak tinggal diam. Perusahaan rintisan alias startup ini memiliki tiga pilar yang mengadopsi prinsip-prinsip berkelanjutan sebagai pondasi setiap pembuatan keputusan dalam kegiatan bisnis, yaitu GoForward, GoGreener, dan GoTogether.

GoForward berfokus pada peningkatan peluang sosial dan ekonomi bagi semua orang di dalam ekosistem Gojek. Pilar ini berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor satu yakni tidak ada kemiskinan, nomor tiga adalah kehidupan sehat dan sejahtera, nomor delapan yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta nomor 17 yakni kemitraan untuk mencapai tujuan.

Kemudian GoGreener berfokus pada mitigasi dampak lingkungan dari operasional Gojek, serta upaya membantu ekosistem perusahaan hidup bertanggung jawab terhadap lingkungan melalui teknologi dan platform Gojek. Pilar tersebut berkontribusi pada SDGs nomor tiga yakni kehidupan sehat dan sejahtera, nomor tujuh yaitu energi bersih dan terjangkau, serta nomor sembilan yakni infrastruktur, industri, dan inovasi.

Selanjutnya pilar GoGreener juga berkontribusi pada SDGs nomor 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, nomor 13 yakni aksi iklim, nomor 14 yaitu kehidupan di bawah air, nomor 15 yakni kehidupan di darat, serta nomor 17 adalah kemitraan untuk mencapai tujuan.

Sementara itu, pilar GoTogether berfokus pada penciptaan kesempatan dan akses yang setara untuk semua orang di dalam organisasi Gojek, siapa pun mereka. Pilar ini berkontribusi pada SDGs nomor tiga yakni kehidupan sehat dan sejahtera, nomor lima yaitu kesetaraan gender, serta nomor delapan yakni pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Pilar tersebut turut berkontribusi pada SDGs nomor 10 yakni berkurangnya kesenjangan dan nomor 17 yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan.

Selain tiga pilar berkelanjutan tersebut, Gojek juga menetapkan tiga komitmen ambisius untuk 2030, yakni komitmen tiga nol atau The Three Zeros yang meliputi Zero Emissions (Nol Emisi Karbon), Zero Waste (Nol Sampah), dan Zero Barriers (Nol Hambatan). Ketiga komitmen ini dilakukan untuk menciptakan manfaat jangka panjang bagi manusia dan bumi.

Komitmen Zero Emissions berfokus pada evaluasi dampak lingkungan dari ekosistem Gojek dengan mengidentifikasi baseline melalui penghitungan karbon yang komprehensif untuk emisi cakupan 1, 2, dan 3, transisi ke kendaraan bertenaga listrik, peningkatan efisiensi operasional, dan integrasi lebih banyak praktik bisnis yang berkelanjutan. untuk meraih target karbon netral.

Selanjutnya komitmen Zero Waste berfokus pada pengurangan dan pemrosesan sampah atau limbah dari kegiatan operasional dan ekosistem Gojek melalui kolaborasi dengan penyedia solusi di sisi hulu ke hilir yang dapat mempercepat upaya pemanfaatan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan pengolahan limbah, yang dimulai dengan plastik sekali pakai.

Adapun komitmen Zero Barriers berfokus pada pengurangan hambatan pertumbuhan sosial ekonomi mitra pengendara dan mitra usaha di ekosistem Gojek. Perusahaan memulainya dengan membangun ketahanan mitra agar siap menghadapi masa-masa sulit yang tidak pasti melalui diversifikasi peluang penghasilan maupun berbagai pelatihan untuk peningkatan kapasitas.


Implementasi
Komitmen Zero Emissions difokuskan untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2030 melalui upaya reduce (pengurangan) dan offset (penyerapan karbon). Mendukung komitmen itu, Gojek meluncurkan fitur Pohon Kolektif GoGreener.

Sejak peluncuran pertama fitur Pohon Kolektif GoGreener dalam layanan GoRide dan GoCar pada bulan Januari 2022, partisipasi pelanggan sudah mencapai lebih dari 320 ribu dan berhasil menghasilkan penanaman lebih dari 100 ribu pohon, mulai dari pohon bakau, trembesi, dan nangka dalam kurun waktu kurang dari satu tahun per September 2022.

“Pencapaian ini menunjukkan bahwa kepedulian pelanggan Gojek sangat tinggi terhadap lingkungan. Hanya dalam sembilan bulan, Pohon Kolektif GoGreener telah berhasil menanam lebih dari 100 ribu pohon," ucap Head of Sustainability Grup GoTo Tanah Sullivan.

Di samping itu, pencapaian tersebut juga dapat terwujud sejalan dengan komitmen Gojek untuk terus menjaga transparansi dalam menjalankan fitur Pohon Kolektif GoGreener, serta diimbangi dengan melakukan edukasi dan inovasi berkelanjutan dalam mendorong gaya hidup ramah lingkungan.

Fitur Pohon Kolektif GoGreener dijalankan berkolaborasi dengan Jejak.in, startup Indonesia di bidang lingkungan yang menyediakan solusi berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT) untuk memantau serta mengelola pohon atau tanaman. Lewat teknologi ini proses menanam pohon untuk menyerap jejak karbon dapat dijalankan dengan, mudah, transparan, dan berkelanjutan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pun mengapresiasi Gojek dan Jejakin yang telah menyediakan pilihan bagi pelanggannya melakukan penyerapan jejak karbon melalui fitur Pohon Kolektif GoGreener.

Fitur seperti Pohon Kolektif GoGreener tersebut diyakini sangat memudahkan masyarakat untuk turut berpartisipasi dan berkontribusi terhadap target pengurangan emisi karbon 50 persen di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada tahun 2035.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) Nani Hendiarti turut mengapresiasi inovasi Gojek yang sejalan dengan program pemerintah terkait keberlanjutan lingkungan.

Pemerintah Indonesia menargetkan untuk merehabilitasi 600 ribu hektar kawasan kritis bakau di Tanah Air dan dibutuhkan dukungan multi-pihak, termasuk dari sektor swasta. Hal ini sejalan dengan inisiatif Gojek yang juga mengajak pengguna ekosistemnya untuk bisa tanam pohon, salah satunya bakau.

Di sisi lain terkait pengelolaan sampah, Indonesia sudah berhasil mengurangi kebocoran sampah dari darat ke laut sebesar 28,5 persen hingga tahun 2021. Capaian ini sangat menggembirakan karena sudah melebihi nilai 2,6 persen dari target yang ditetapkan sebelumnya.

"Kami berharap angka tersebut semakin baik dengan Gojek turut serta melakukan sosialisasi dan pendampingan ke ekosistemnya dalam mengelola sampah,” ungkap Nani.

Langkah Gojek dalam menyampaikan topik ramah lingkungan dengan cara yang sederhana dan dikaitkan dengan aktivitas sehari-hari penggunanya sangat tepat dilakukan. Apalagi, isu perubahan iklim harus disosialisasikan dengan cara yang mudah dipahami.

Sementara untuk komitmen Zero Waste dilakukan dengan penggunaan pengelolaan plastik. Pada tahun 2021, Gojek memulai penghitungan pertama sampah plastik sekali pakai di
ekosistem untuk memahami baseline.

Dengan langkah tersebut perusahaan dapat mengukur jejak limbah dalam ekosistem dan mengidentifikasi strategi paling efektif untuk mengurangi limbah plastik sekali pakai di seluruh kegiatan bisnis mitra usaha dan rumah pelanggan, utamanya dari kemasan mitra usaha GoFood.

Fokus utama Gojek mencakup dua upaya utama, yaitu mencegah timbulnya sampah plastik sekali pakai dan mengolah sampah plastik sekali pakai yang tidak dapat dihindari secara efisien dengan memperkenalkan ekosistem Zero Waste, yang mendukung pengelolaan sampah menyeluruh dari hulu ke hilir, sehingga dapat mencapai target nol sampah.

Dari penerapan Zero Waste, Gojek mencatat terdapat lebih dari 4.000 mitra usaha bergabung dalam program GoGreener di platform perusahaan selama bulan Agustus 2019 hingga Maret 2020. 67 ribu lebih tas pengiriman yang bisa digunakan kembali didistribusikan kepada mitra pengemudi sejak 2019 sampai 2020 (sebelum pandemi, untuk meminimalkan keramaian di
Driver Service Units).

Selain itu lebih dari 13 ton sampah plastik sekali pakai dihindari di Indonesia melalui program alat makan berbayar Gojek pada bulan Agustus 2019 hingga Desember 2020, serta 97 persen pelanggan GoFood memilih untuk tidak menggunakan alat makan plastik dalam pemesanan makanan dalam periode 2019 - 2020.

Tercatat pula 6,3 ton lebih sampah botol plastik dikumpulkan di Indonesia dari titik-titik tujuan pengantaran seperti Trash4Cash di apartemen dan Sahabat Sekolah di sekolah, serta program uji coba pengumpulan sampah dengan mitra (Waste4Change dan Ades) pada tahun 2019.

Untuk komitmen Zero Barriers, Gojek berusaha menurunkan hambatan total biaya kepemilikan (total cost of ownership/TCO) melalui kolaborasi dengan para pemain teknologi utama, serta mempercepat pembangunan infrastruktur penggantian baterai kendaraan bertenaga listrik (electric vehicles/EV) dengan memanfaatkan jarak tempuh dan rute yang tercatat (captive kilometers) di platform Gojek.

Adopsi EV dalam skala besar dapat menurunkan emisi dan meningkatkan kualitas udara secara signifikan. Untuk mendukung adopsi EV oleh mitra pengemudi, Gojek perlu menyikapi masalah utama terkait TCO EV yang saat ini masih relatif lebih tinggi daripada kendaraan tradisional bermesin pembakaran dalam (internal combustion engine atau ICE).

Selain itu, kinerja EV terkait jangkauan dan waktu pengisian serta ketersediaan infrastruktur untuk pengisian daya turut menambah tantangan adopsi EV skala besar. Apabila armada Gojek tidak dapat bertransisi penuh menjadi EV pada tahun 2030, terdapat kekhawatiran terkait bisnis dan aspek kemanusiaan secara umum, sehingga komitmen Zero Barriers sangat diperlukan untuk terus dilakukan.






 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022