Trenggalek (ANTARA News) - Jalur utama --jalan provinsi-- dari Tulungagung ke Trenggalek, Jatim, Kamis petang sudah terbuka dan bisa dilalui kendaraan bermotor, walaupun ada beberapa titik tertentu masih ada genangan air setinggi 20 sampai 30 cm. Sementara itu, staf Humas Pemkab setempat, Joko Setiono, meralat pernyataan sebelumnya bahwa yang meninggal dan sudah diketahui jenazahnya sebanyak 23 jiwa. Data terakhir korban jiwa 16 orang. "Tadi kami menghitung 15 korban dan delapan warga lainnya masih tertimbun. Ternyata hasil identifikasi terakhir jumlah korban meninggal 16 jiwa, termasuk delapan orang yang tertimbun tanah longsor di Kecamatan Bendungan yang hingga kini belum bisa dievakuasi," ungkapnya, meralat. Wartawan ANTARA dari lokasi banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek, Jatim, melaporkan, genangan di jalan propinsi itu masih terlihat di Desa Kedunglurah, Kecamatan Pagolan. Sementara rumah penduduk dan sawah di sisi kiri dan kanan jalan propinsi di Pogalan tersebut, masih tergenang air setinggi lutut orang dewasa, sehingga warga sekitar berupaya mengevakuasi ternak, sapi dan kambing miliknya ke tepi jalan yang posisinya lebih tinggi. Tidak hanya itu, ratusan ekor ternak penduduk yang dilanda bencana tersebut, oleh pemiliknya dijaga serta dibuatkan kandang darurat dari aneka batang pohon. Sementara sebagian penduduk lainnya, berusaha menguras air dan membersihkan rumah. Kondisi terakhir, kota sudah surut, namun aliran air meluas ke Kecamatan Pogalan, Durenan. Dua korban meninggal --kakak-adik-- warga Kota Trenggalek, Kamis petang sudah dimakamkan keluarganya. Joko mengakui bahwa berbagai elemen masyarakat Jatim, mulai instansi terkait kalangan pengusaha, Parpol maupun PMI sudah bahu membahu membantu menanggani musibah di Trenggalek. Bantuan berupa tenaga, dana, beragama makanan, hingga posko darurat. "Tadi Pak Gubernur (Jatim, Imam Utomo) dan beberapa anggota DPRD Jatim sudah meninjau lokasi. Dalam kesempatan ini Pak Gubernur menyerahkan bantuan dana, beras serta beragam kudapan (kue)," tuturnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006