Malang (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Joko Suyanto mengingatkan masyarakat agar mewaspadai gerakan elemen separatis bersenjata yang ada di Papua, yang belakangan ini mulai berani secara terang-terangan. "Elemen separatis bersenjata yang terjadi di Papua akhir-akhir ini, perlu diwaspadai, apalagi sudah membawa korban jiwa di kalangan aparat keamanan," katanya disela-sela serah terima jabatan Komando Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Lanud Abd. Saleh Malang, Jatim, Kamis. Namun demikian, menurut Panglima, sekalipun separatis itu memiliki jaringan di dalam dan luar negeri, pihaknya tidak akan menurunkan pasukan khusus atau PPRC ke wilayah Papua, karena selain kelompok separatis bersenjata yang terlibat masih kecil, petugas yang ada di propinsi itu juga mampu mengatasi kondisi tersebut. Lebih lanjut Panglima mengatakan, sekalipun keberadaan PPRC itu disiapkan untuk daerah tertentu, terutama di wilayah "bergolak" seperti di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Papua, namun saat ini pihaknya masih belum perlu mengirimkan pasukan PPRC tersebut. PPRC dibentuk untuk kepentingan mempertahankan kedaulatan negara serta menghalau para separatis maupun musuh yang mencoba merebut kedaulatan RI. Tetapi jika di wilayah bersangkutan kondisinya sudah bisa diatasi oleh pasukan yang bertugas di daerah itu, maka tidak perlu menurunkan PPRC, ujar Joko Suyanto. Ia juga mengakui, eskalasi pengamanan negara saat ini juga mengalami peningkatan, sehingga semua pihak diminta waspada. Tidak saja di kawasan Propinsi Papua, tetapi seluruh elemen masyarakat ikut menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Sementara itu tongkat Komando PPRC yang sebelumnya dipegang Panglima Divisi (Pangdiv) I Kostrad, Mayjen TNI Kurnain diserahkan kepada Pangdiv II Kostrad Singosari, Mayjen TNI Joko Susilo. Acara alih komando PPRC di Lanud Abd Saleh tersebut, juga dimeriahkan oleh berbagai atraksi dari pasukan gabungan TNI AD, AL dan AU serta kepolisian, diantaranya terjun bebas serta "pamer" kekuatan berupa tank Amphibi dan tank Scorpion.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006