Jakarta (ANTARA) - Perusahaan asal Korea Selatan, yaitu SK E&S dan CJ tengah menggarap proyek investasi energi hijau yang dinilai dapat mendukung upaya dekarbonisasi yang sedang digenjot pemerintah Indonesia.

Anak usaha SK E&S, PT Prism Nusantara Internasional, telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT PGN (Persero) pada Februari 2022, terkait peluang kerja sama di beberapa sektor yakni LNG, Carbon Capture Storage (CCS) dan hidrogen.

"Di kuartal keempat 2022, nota kesepahaman ini diharapkan bisa dilanjutkan dengan diskusi agenda studi bersama lebih detail dan membentuk kelompok kerja (working group)," kata President Director PT Prism Nusantara Internasional Kim Taeyoung dalam Indonesia-Korea Future Industry Business Plaza 2022 di Jakarta, Rabu.

Melalui kerja sama dengan PGN, SK E&S ingin mendukung pengembangan proyek carbon capture storage hub di Indonesia. Selain itu juga, perusahaan ingin memproduksi hidrogen biru atau hijau untuk pasar domestik dan ekspor.

"Kami ingin berkontribusi dalam pembangunan rantai pasok hidrogen di Indonesia dengan menggunakan pengalaman dan keahlian SK E&S," ungkap Kim.

SK E&S adalah satunya-satunya perusahaan LNG terintegrasi di Korea Selatan dan memiliki portofolio di energi baru dan terbarukan seperti panel surya dan hidrogen.

Sementara itu, konglomerasi Korea Selatan CJ juga tengah terlibat dalam proyek energi hijau di Indonesia, di mana perusahaan berinvestasi untuk membangun pabrik untuk memproduksi polyhdroxyl-alkanoate yang dapat menghasilkan 100 persen plastik ramah lingkungan (biodegradable). Kapasitas pabrik tersebut mencapai 5.000 ton per tahun.

"Pabrik telah beroperasi pada awal tahun 2022 dan pengapalan pertama sudah dilakukan pada kuartal pertama tahun ini," kata Direktur CJ Indonesia Group Onasis Wahju.

Pabrik itu akan berperan penting bagi Indonesia dalam menurunkan sampah plastik lantaran Indonesia dikenal dengan negara dengan jumlah sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Di sisi lain, keberadaan pabrik CJ ini mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah plastik sebesar 70 persen di laut.

Selain pasar Indonesia, CJ Indonesia juga memasarkan produknya di luar negeri. Hal itu berdasarkan perhitungan CJ bahwa permintaan plastik ramah lingkungan di dunia akan naik dari 0,4 triliun di tahun 2021 menjadi 1,6 triliun di tahun 2025.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pelaksana Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Yahya Rachman Hidayat mengatakan setidaknya ada lima sektor yang berperan penting untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 yakni energi, kehutanan, pertanian, industri dan penggunaan produk, serta pengelolaan sampah.

"Dengan pembangunan rendah karbon melalui skenario NZE, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dalam jangka panjang," imbuh Yahya.

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Dalam hitungan Bappenas, skenario untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai NZE mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen per tahun dalam jangka panjang.

Baca juga: Menteri ESDM fokus pada regulasi untuk dekarbonisasi lewat CCS/CCUS

Baca juga: PLN jalin kemitraan dengan USAID untuk percepat transisi energi

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022