Karachi (ANTARA) - Perempuan dan anak-anak semakin rentan menderita penyakit yang menular melalui air setelah bencana banjir di Pakistan.

"Air yang tergenang menimbulkan penyakit yang terbawa air," kata Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dalam pidatonya di pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang diadakan di Samarkand, Uzbekistan.

"Anak-anak terkena malaria dan diare ... segala macam penyakit. Perempuan dan anak-anak dengan kesehatan yang buruk atau kurang gizi sangat rentan terhadap penyakit apapun," ujar dia, menambahkan.

Ketika banjir mulai surut, daerah yang tergenang telah dipenuhi dengan penyakit seperti malaria, demam berdarah, diare, dan masalah kulit, kata Pemerintah Provinsi Sindh dalam laporan yang dirilis Jumat.

Sindh, yang merupakan provinsi paling parah terdampak banjir, mencatat lebih dari 90.000 orang dirawat pada Kamis (15/9).

Laporan itu mengonfirmasi 588 kasus malaria dengan 10.604 kasus yang dicurigai, disamping 17.977 kasus diare dan 20.064 kasus penyakit kulit yang dilaporkan pada Kamis.

Sejak 1 Juli 2022, sebanyak 2,3 juta pasien telah dirawat di lapangan dan rumah sakit keliling yang didirikan di wilayah banjir.

Rekor hujan monsun di Pakistan selatan dan barat daya dan pencairan gletser di wilayah utara memicu banjir yang telah berdampak pada hampir 33 juta orang di negara Asia Selatan berpenduduk 220 juta itu.

Bencana itu menyapu rumah, tanaman, jembatan, jalan, dan ternak dalam kerusakan yang diperkirakan mencapai 30 miliar dolar AS (sekitar Rp449,7 triliun).

Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional Pakistan telah melaporkan 1.508 kematian akibat banjir sejauh ini, termasuk di antaranya 536 anak-anak dan 308 perempuan.

Ratusan ribu orang yang telantar sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal, air minum bersih, toilet, dan obat-obatan.

Banyak yang tidur di tempat terbuka di sisi jalan raya yang ditinggikan.

"Saya telah berada di daerah yang terkena dampak banjir selama dua hari terakhir. Situasi para keluarga sangat suram, dan cerita yang saya dengar menggambarkan gambaran putus asa," kata Perwakilan UNICEF di Pakistan Abdullah Fadil.

"Kita semua di lapangan melihat anak-anak kurang gizi berjuang melawan diare dan malaria, demam berdarah, dan banyak lagi dengan kondisi kulit yang menyakitkan," ujar Fadil dalam sebuah pernyataan.

Dia mengatakan banyak ibu yang menderita anemia dan kekurangan gizi, dan dengan bayi dengan berat badan sangat rendah yang kelelahan atau sakit dan tidak dapat menyusui.

Jutaan keluarga sekarang hidup dengan pakaian atau kain compang-camping untuk melindungi diri mereka dari terik matahari, karena suhu di beberapa daerah yang melebihi 40 derajat Celcius.

UNHCR mengatakan sekitar 16 juta anak telah terkena dampak, dan sedikitnya 3,4 juta anak perempuan dan laki-laki masih membutuhkan bantuan segera untuk menyelamatkan nyawa.

Anak-anak kecil yang tinggal di tempat terbuka terpapar pada berbagai risiko dan bahaya baru terkait banjir, kata Fadil dalam pernyataannya.


Sumber: Reuters
Baca juga: Korban meninggal banjir di Pakistan mencapai hampir 1.500 orang
Baca juga: Korban jiwa banjir Pakistan bertambah 57, termasuk 25 anak-anak
Baca juga: Sekjen PBB tegaskan perlunya langkah segera tangani banjir Pakistan

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022