Jakarta (ANTARA) - Laporan tahunan SYNC Asia Tenggara Meta dan Bain & Company menilai prospek platform e-dagang (e-commerce) tetap positif di Indonesia seiring dengan peningkatan belanja daring (online) konsumen.

Country Director Meta di Indonesia Pieter Lydian menyatakan hal ini turut dipengaruhi oleh konsumen digital Indonesia yang memanfaatkan banyak saluran yang terintegrasi seperti video dan pesan bisnis (business messaging) dalam proses pembelian mereka.

"Kami melihat video dan business messaging terus bertumbuh dan memainkan peranan penting dalam pembelian konsumen di tanah air. Orang Indonesia menghabiskan 44 persen lebih banyak waktu untuk mengkonsumsi video, dan 55 persen lebih banyak waktu untuk mengirim pesan," kata Lydian dalam keterangan pers, Selasa.

Lebih lanjut, Lydian mengatakan bisnis dan jenama dapat memanfaatkan peluang ini untuk memberikan pengalaman berbelanja yang mulus dan terintegrasi yang memungkinkan mereka melangkah antara kanal online dan offline dengan lancar di era saat ini.

Selain itu, lebih dari 30 persen responden Indonesia mengatakan video adalah salah satu dari tiga saluran teratas mereka untuk menemukan dan mengevaluasi produk.

Saluran teratas untuk penemuan video pendek adalah iklan media sosial, unggahan media sosial yang organik, dan iklan streaming video.

Indonesia juga terdepan di kurva regional dalam hal adopsi teknologi baru. Meskipun masih dalam tahap awal, Metaverse merupakan babak baru dari inovasi teknologi yang memberikan banyak harapan di berbagai negara, dan Indonesia di antaranya.

Teknologi terkait Metaverse mendapatkan daya tarik di mana sekitar 72 persen responden Indonesia telah menggunakan teknologi tersebut dalam satu tahun terakhir.

Variasi dalam jenis teknologi terkait Metaverse yang digunakan di negara ini termasuk cryptocurrency (46 persen), AR (34 persen), dunia virtual (29 persen). Ini diikuti oleh NFT dan VR.

"Metaverse akan membuka peluang baru bagi orang, komunitas, dan bisnis dan kami akan terus fokus pada kesiapan infrastruktur, membangun ekosistem untuk kreator, peningkatan keterampilan, dan peningkatan alat untuk mempersiapkan kami dan talenta-talenta Indonesia menghadapi masa depan, yang tidak terlalu jauh dari sekarang," tambah Lydian.

Selain itu, studi juga menunjukkan Asia Tenggara diperkirakan tetap menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,1 persen dibandingkan dengan pasar lain seperti Amerika Serikat (1,3 persen), Uni Eropa (2,1 persen), dan China (4,7 persen) pada akhir tahun 2023.

Tingkat inflasi tahunan yang diproyeksikan di Asia Tenggara dari 2022 hingga 2023 juga diperkirakan akan berjalan lebih baik daripada sebagian besar rekan-rekannya dan diproyeksikan menurun dari 4,2 persen menjadi 3,3 persen pada akhir 2023.

Profil demografis di Asia Tenggara yang didominasi oleh generasi muda pun menjadi salah satu faktor pendukung lainnya.

"Evolusi baru konsumen digital ini tidak diragukan lagi akan menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan nilai barang dagangan bruto (GMV) e-commerce Asia Tenggara," kata partner di Bain & Company Edy Widjaja.



Baca juga: Pelatihan AR dan VR bisa bangun ekosistem talenta digital di Indonesia

Baca juga: Indonesia hadirkan teknologi pembuat avatar di DEWG G20 keempat

Baca juga: BLACKPINK dan PUBG Mobile raih "Best Metaverse Performance" di VMA

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022