Bandar Lampung (ANTARA News) - Jajaran TNI AL di Lampung menyatakan telah mengerahkan personilnya sejak Rabu (29/3), menyusul laporan adanya kapal barang yang karam di perairan dekat Pulau Pisang di kawasan Pesisir Lampung Barat (Lambar) yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Menurut Komandan TNI AL di Lampung, Kol (L) Karma Suta kepada ANTARA Bandar Lampung, Jumat malam, setelah mendapatkan kabar adanya kapal barang yang karam di sekitar perairan Pesisir Lambar itu, sebanyak tiga dari empat petugas patroli TNI AL yang berjaga di perairan sekitar Kota Agung -Tanggamus dikerahkan ke lokasi kejadian. Namun akibat kondisi gangguan cuaca dan ombak yang besar di perairan di sana, pada hari itu, kapal patroli TNI AL tidak bisa langsung menyisir ke lokasi kejadian seperti dilaporkan. "Medannya sulit, maklum karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan kondisi ombak besar dan angin kencang seperti sekarang ini," kata Karma Suta pula. Apalagi, petugas TNI AL juga tidak mendapatkan informasi secara jelas, lengkap dan akurat tentang waktu kejadian maupun perkiraan koordinat lintang lokasi perkiraan kejadian karamnya kapal barang yang disebutkan milik PT Karya Cipta Nusa Buana di Bengkulu itu pula. "Laporan dan informasi yang kami terima juga sudah terlambat dan telah lewat beberapa hari dari kejadian pada Sabtu, empat hari kemudian, sehingga menyulitkan mengambil langkah cepat untuk kemungkinan bisa menyelamatkan maupun menemukan korban kapal itu," ujar Danlanal TNI AL di Lampung itu lagi. Danlanal itu mengaku langsung mendapatkan informasi dari Bupati Lambar Erwin Nizar pada Rabu (29/3) pagi, sehingga segera mengambil langkah yang diperlukan. Hingga Jumat (31/3) ini, Pangkalan TNI AL di Lampung yang berpusat di Piabung-Padangcermin (Lampung Selatan) dan perwakilan di Panjang-Bandar Lampung, menurut Danlanal juga belum menerima perkembangan terakhir dari proses penyisiran dan pencarian korban kapal berpenumpang sekitar 21 orang yang dilaporkan karam itu. Diperkirakan, laporan yang diterima tentang karamnya kapal itu terlambat disampaikan karena ada penumpang kapal yang selamat baru bisa sampai ke wilayah permukiman terdekat beberapa hari kemudian, sehingga sampai kepada Kepala Desa Krui-Lambar juga terlambat. Menurut laporan itu, dari sedikitnya 21 penumpang kapal, sembilan orang diantaranya ditemukan dan dapat menyelamatkan diri namun 12 diantaranya belum diketahui nasibnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006