Islamabad/Karachi (ANTARA) - Angkatan bersenjata Pakistan menyelamatkan 2.000 orang yang terdampar akibat meningkatnya air banjir pada Jumat, dalam bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim yang telah membanjiri sepertiga wilayah negara Asia Selatan itu.

Rekor hujan monsun dan gletser yang mencair di pegunungan utara membawa banjir yang telah menewaskan sedikitnya 1.208 orang, termasuk 416 anak-anak, kata Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meminta bantuan 160 juta dolar AS (sekitar Rp2,4 triliun) untuk membantu mengatasi "bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya". 

Sementara itu, Angkatan Laut Pakistan menyebar ke pedalaman untuk melakukan operasi bantuan di daerah-daerah yang sudah seperti lautan.

Badan anak-anak PBB (UNICEF) memperingatkan bahwa lebih banyak anak bisa meninggal karena penyakit.

"Sekarang ada risiko tinggi penyakit mematikan yang ditularkan melalui air dan menyebar dengan cepat --diare, kolera, demam berdarah, malaria," kata Perwakilan UNICEF Pakistan Abdullah Fadil dalam konferensi pers di Jenewa, Jumat.

"Oleh karena itu, ada risiko lebih banyak kematian pada anak," ujar dia, menambahkan.

Di Distrik Dadu di Sindh, salah satu provinsi yang paling parah terdampak banjir, beberapa desa terendam air setinggi 3,35 meter, kata Bashir Khan, wargga setempat yang berhubungan dengan orang-orang yang tersisa di daerah tersebut.

"Rumah saya terendam air, saya telah meninggalkan tempat tinggal saya empat hari lalu bersama keluarga saya," kata dia kepada Reuters.

Angkatan Laut Pakistan menerbangkan lebih dari 150 orang dari desa-desa di Dadu pada Kamis (1/9).

Pada Jumat, militer mengatakan telah mengevakuasi sekitar 50.000 orang, di antaranya 1.000 orang melalui udara, sejak upaya penyelamatan dimulai.

"Selama 24 jam terakhir, 1.991 orang yang terdampar telah dievakuasi," kata angkatan bersenjata dalam pernyataan.

Hampir 163 ton pasokan bantuan juga telah dikirim untuk para korban banjir.

Beberapa penerbangan bantuan kemanusiaan dijadwalkan tiba pada Jumat dari negara-negara Timur Tengah, seperti Qatar dan Uni Emirat Arab, kata departemen luar negeri Pakistan.

Pejabat cuaca memperkirakan lebih banyak hujan dan banjir bandang bisa terjadi pada September, sementara wilayah selatan bersiap menghadapi gelombang air dari Sungai Indus.

Pada periode Juni-Agustus 2022, Pakistan dilanda 190 persen lebih banyak hujan dibandingkan rata-rata curah hujan dalam 30 tahun terakhir.


Sumber: Reuters

Baca juga: Sekjen PBB akan melawat ke Pakistan yang dilanda bencana banjir

Baca juga: PM Pakistan minta bantuan internasional tanggulangi bencana banjir


 

10 tewas akibat bencana hidrometeorologi di Pakistan

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022