Jakarta (ANTARA) - GM Marketing Planning and New Business Toyota-Astra Motor Lina Agustina mengatakan produksi baterai dalam negeri tidak secara langsung akan berdampak pada penurunan harga mobil listrik (EV), yang saat ini di Indonesia rata-rata masih berada di atas Rp500 jutaan.

"Apakah kalau baterai diproduksi di Indonesia, harga kendaraan listrik akan lebih murah? Ini memiliki banyak faktor, dan bukan berarti (langsung membuat harga EV) menjadi lebih murah," kata Lina dalam temu media daring, Selasa.

"Mulai dari bahan baku, apakah Indonesia ready untuk produksi baterai? Lalu, bagaimana kualitas manpower untuk mempersiapkan dan memproduksi? Seperti apa persiapan kita untuk kurangi limbah produksi baterai?" ujarnya menambahkan.

Baca juga: Perusahaan baterai Toyota-Panasonic beli lithium dari ioneer

Menurut dia, bukan hanya karena baterai merupakan komponen termahal di dalam kendaraan listrik, namun juga terdapat faktor lainnya termasuk perkembangan teknologi yang mencakup kapasitas dan ketahanan baterai di dalam kendaraan listrik itu sendiri.

"Baterai adalah komponen termahal kendaraan listrik. Seperti baterai (pada gawai/ponsel), baterai di EV juga memiliki leveling yang berbeda-beda, dan semakin lama, baterai juga akan semakin canggih," kata Lina.

Lina melanjutkan, saat ini, banyak negara yang berlomba untuk memproduksi baterai, karena prospek kendaraan listrik yang semakin diminati oleh masyarakat, serta pertimbangan untuk pengurangan emisi karbon di dunia.

"Tentunya semua negara berlomba-lomba untuk memproduksi baterai. Siapa yang paling efisien, murah, dan baik produksinya, maka dia lah yang akan menjadi selling point," kata Lina.

"Kami akan support pemerintah untuk berkompetisi sebagai negara produsen baterai. Hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak, supaya bisa dilancarkan, agar produksi baterai ini bisa visible dan bersaing dengan negara lain," imbuhnya.

Di sisi lain, Lina mengatakan minat masyarakat Indonesia akan mobil listrik menunjukkan tren positif. Secara global, Toyota telah menjual setidaknya 2,5 juta kendaraan hijau tersebut, atau 27 persen dari total penjualan. Sementara di Indonesia, Toyota telah menjual lebih dari 6.500 kendaraan elektrifikasi.

"Toyota berkomitmen untuk menyediakan lebih banyak teknologi elektrifikasi baik Hybrid EV, Plug-In Hybrid EV, bahkan Battery EV atau full EV, melalui strategi Multi-Pathway untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat yang lebih luas, sehingga semua orang, apa pun pilihannya, dapat turut berkontribusi dalam mencapai netralitas karbon," jelas dia.

Baca juga: HEV hingga BEV, Toyota bawa teknologi elektrifikasi lengkap ke GIIAS

Baca juga: TMMIN pastikan pasokan Vios aman, tepis rumor setop produksi

Baca juga: Hino diperintahkan "recall" 20.900 kendaraan karena penipuan data
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022