Jakarta (ANTARA News) - Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), di Jakarta, Rabu, meluncurkan buku putih tentang peristiwa pembunuhan aktivis HAM (Hak Asasi Manusia) Munir, dengan judul "Bunuh Munir!". Buku putih setebal 148 halaman tersebut, menurut Kontras, merupakan bahan bagi siapa pun untuk mengingat peristiwa pembunuhan Munir, menuntut pengungkapan pelaku, serta mencegah terjadinya pembunuhan serupa pada masa mendatang. "Buku ini semakin membuka mata publik tentang pentingnya posisi Munir dalam peta perjuangan HAM di Indonesia. Selain itu tulisan ini juga akan meningkatkan desakan masyarakat sipil terhadap upaya penegakan hukum dan demokrasi - seperti yang pernah dicontohkan oleh Munir," kata Syamsuddin Haris, pengamat politik dan militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pendapat senada juga disampaikan oleh Kemala Candra Kirana, Ketua Komnas Perempuan, yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam acara peluncuran buku "Bunuh Munir!" itu. "Bila buku ini tidak dibuat, saya khawatir kasus pembunuhan Munir akan hilang dan terlupakan begitu - sebuah tanda kegagalan dan kekalahan bangsa Indonesia dalam ujian penegakan hukum," kata Kemala. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Kematian Munir DPR-RI, Taufiqurrahman Saleh, menyebutkan buku putih terbitan Kontras akan dibaca oleh tim di dewan. "Saya akan memberikan buku ini kepada anggota tim agar dibaca sebagai pertimbangan laporan akhir kami," katanya. Buku yang disusun oleh Edwin Partogi, Haris Azhar, Indria Fernida, Papang Hidayat, dan Usman Hamid itu memuat mukadimah yang ditulis oleh Ahmad Syafii Maarif - mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah. "Munir telah mewariskan kepada bangsa Indonesia sesuatu yang sangat berharga yakni keberanian dan karakter manusiawi untuk memperjuangkan hal-hal yang baik," tulis Syafii. "Sekarang giliran kita membalas segala budi baik Munir salah satunya dengan mengadili dan menyeret siapapun yang bertanggungjawab atas kematiannya," katanya. Terdiri atas tujuh bagian dan kronologis kasus Munir (7 September 2004-22 Februari 2006), buku putih versi Kontras tersebut memaparkan reka duga pembunuhan Munir, proses kematian Munir di pesawat Garuda, teror dan isu seputar kematian Munir, dinamika penanganan kasus, hasil persidangan Pollycarpus, hingga hasil temuan Tim Pencari Fakta (TPF) bentukan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006