Palu, (ANTARA News) - Populasi burung Maleo (Macrochepalon Maleo) yang menjadi maskot Sulawesi Tengah (Sulteng) di Balai Konservasi Penangkaran Taba (BKPT) yang terletak di Desa Sausu Piore, Kabupaten Parigi-Moutong menurun drastis kurun 10 tahun terakhir. "Setiap tahun populasi burung endemik Sulawesi ini selalu berkurang," tutur Iwan Hamid, penjaga BKPT kepada ANTARA di Palu, Senin (20/3). Iwan Hamid sendiri sejak tahun 2000 menggantikan kakeknya, Bahuddin Babite (76), peraih penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan hidup tahun 1994, untuk menjaga kelesatarian Maleo di BKPT. Ia menjelaskan, sesuai data tahun 1995 jumlah populasi burung Maleo yang ditangkarkan di BKPT sebanyak 200 ekor, di tahun 2000 menyusut menjadi 70 ekor, serta pada bulan Maret ini yang tersisa tinggal delapan ekor. Menurut dia, penyebab utama menyusutnya populasi burung Maleo itu dikarenakan masyarakat setempat sering mengambil telur Maleo untuk dikonsumsi. Telur Maleo besarnya delapan kali dari telur ayam kampung dan isinya sekitar 90 persen berwarga kuning. Rasanya pun sangat enak yaitu mirip sekali dengan telur ayam buras, kemungkinan dikarenakan mengandung banyak protein disebabkan makanan utama unggas ini adalah buah kemiri dan kenari yang dihancurkan di batu menggunakan paruhnya yang sangat kuat. Maleo sendiri bertelur dengan cara menggali lubang di tanah berpasir berkedalaman antara 50-80 centimeter kemudian menutup sendiri dengan cakarnya yang kokoh, dan cara penetasannya melalui pemanasan bumi. Ia juga mengatakan, percepatan penurunan populasi burung Maleo di BKPM Sausu Piore--sekitar 96km timur Palu--juga dikarenakan maraknya aksi perburuan unggas yang sebesar ayam kampung tersebut. "Ada sejumlah orang di daerah kami sering menangkap Maleo menggunakan senjata angin, karena ingin memperoleh dagingnya guna diperdagangkan karena harga jualnya sangat mahal," kata dia. Guna meningkatkan lagi populasi Maleo sekaligus mencegah penutupan BKPT yang memiliki luas areal penangkaran 300 hektar di desa Sausu Piore, Iwan Hamid meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng, Pemprov, dan jajaran kepolisian setempat aktif membantu dirinya melestarikan unggas langka yang hanya ada di Provinsi Sulteng. "Saya sangat mengharapkan bantuan semua instansi terkait, agar BKPT ini tak segera ditutup akibat ketiadaan ternak peliharaan," pinta dia. Di Provinsi Sulteng terdapat sedikitnya enam lokasi yang menjadi habitat burung Maleo, yaitu terbesar di Suaka Margasatwa Bangkiriang (Kabupaten Banggai). Berikut yang kecil-kecil, yakni di hutan alam sekitar Sungai Puna (Kabupaten Poso), hutan konservasi Sausu-Piore (Kabupaten Parigi-Moutong), Suara Margasatwa Pakuli (Kabupaten Donggala), Taman Nasional Lore-Lindu (perbatasan kabupaten Poso-Donggala), serta Suara Margasatwa Pinjan (Kabupaten Tolitoli). Populasi burung liar yang berwarna hitam mengkilap itu saat ini diperkirakan kurang dari 5.000 ekor.(*)

Copyright © ANTARA 2006