saat ini masih hujan karena dipengaruhi oleh nilai Southern Oscillation Index
Gorontalo (ANTARA) - Koordinator Bidang Observasi Stasiun Meteorologi Kelas 1 Djalaluddin Gorontalo Roni Ridwan, mengungkapkan penyebab seringnya hujan turun di Gorontalo, saat memasuki musim kemarau.

Berdasarkan data kilomatologis wilayah Provinsi Gorontalo bagian Selatan merupakan non Zona Musim atau ZOM, sedangkan bagian Utara adalah wilayah zona musim.

“Memang seharusnya mulai bulan Juni, Gorontalo sudah memasuki musim kemarau atau potensi hujannya kurang. Tapi saat ini masih hujan karena dipengaruhi oleh nilai Southern Oscillation Index (SOI) yang masih tinggi,” ujarnya dalam siaran langsung di akun FB BMKG Gorontalo, Senin.

Menurutnya SOI memiliki peranan penting dalam aktivitas awan kovektif, yang berpengaruh pada curah hujan di Gorontalo.

Selain itu, untuk wilayah Sulawesi umumnya masih dipengaruhi oleh Gelombang Rossby Ekuatorial.

Baca juga: BPBD Gorontalo Utara tetapkan status siaga bencana banjir
Baca juga: Wabup serahkan bantuan bagi korban banjir Bone Bolango

Gelombang tersebut merupakan gelombang atmosfir di wilayah ekuatorial atau khatulistiwa, yang memicu aktifnya awan konvektif di wilayah tersebut.

Ia juga mengungkapkan penyebab lainnya adalah adanya suhu permukaan laut di sekitar Gorontalo yang masih panas.

“Wilayah Gorontalo diapit oleh Laut Sulawesi di bagian Utara dan Teluk Tomini di bagian Selatan, kedua perairan ini memiliki anomali suhu yang positif yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif. Jika dikombinasikan dengan potensi atau penyebab yang lain, akan menambah peluang terjadinya hujan,” ujarnya.

Sementara itu, hujan intensitas sedang hingga lebar mengguyur sebagian besar wilayah di Provinsi Gorontalo pada Senin (18/7) dan menyebabkan banjir melanda sejumlah pemukiman di Kota Gorontalo.

Baca juga: BMKG prakirakan sebagian Indonesia berawan
Baca juga: BMKG jelaskan sebab musim kemarau masih terdapat hujan


 

 

Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022