Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Pemantau Investasi Asing (Mapia) menilai kerjasama ExxonMobil dalam pengelolaan Blok Cepu lebih menguntungkan dibanding kerjasama asing lainnya dalam pengelolaan minyak dan gas (migas). "Kami pelajari banyak sekali kerjasama asing yang posisi tawar negara lebih rendah dengan porsi keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan kesepakatan yang dijalankan ExxonMobil," kata Koordinator Mapia Mohammad Donk Ghanie, di Jakarta, Rabu. Ia mencontohkan, perbandingan kerjasama antara pemerintah dengan ChevronCaltex di Riau dengan ExxonMobil di Cepu. "Dalam beberapa hal, kerjasama ExxonMobil lebih menguntungkan, misalnya dalam porsi kontraktor yang meskipun sama-sama 15 persen, dibagi lagi ke pihak ketiga yaitu Exxon (6,75 persen), Pertamina, dan BUMD," katanya. Dengan demikian total porsi Indonesia mencapai 93,35 persen lebih besar dari ladang minyak di Riau yang dikelola Chevron yang Indonesia mendapat porsi 85 persen. Padahal, lanjut dia, produksi minyak di Cepu lebih kecil yaitu hanya 170 ribu barel per hari dibandingkan produksi minyak Chevron sekitar 500 ribu barel per hari. Ghanie bahkan menghitung dengan asumsi harga minyak 60 dolar AS per barel, maka Chevron memperoleh 4,5 juta dolar AS per hari atau 1,64 miliar dolar AS per tahun, sedangkan Exxon hanya 688 ribu dolar AS per hari atau 215 juta dolar AS per tahun dari jatahnya sebesar 11.474 barel per hari. "Itu artinya porsi yang diperoleh Chevron enam kali lipat porsi yang diperoleh Exxon," ujarnya. Karena itu pulalah, ia meminta pemerintah agar lebih jeli lagi meneliti dan mengevaluasi perjanjian kerjasama dan kontak karya dengan perusahaan penambangan asing. "Hal ini wajib dilakukan agar penerimaan negara dari migas hasil kerjasama dengan asing bisa maksimal," ujar Ghanie. Bahkan ia mengusulkan agar kerjasama bagi hasil seperti yang dilakukan dengan ExxonMobil bisa menjadi model kerjasama pengelolaan migas dengan asing lainnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006