Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI), Dharma Oratmangun, mengatakan bahwa negara mengalami kerugian senilai Rp1,8 triliun per tahun akibat pembajakan atas musik/lagu yang diluncurkan baik melalui kaset, VCD, maupun nada musik untuk telepon seluler (ponsel). "Akibat semakin maraknya aksi pembajakan musik dan lagu di Indonesia, negara telah dirugikan sebesar Rp1,8 triliun per tahun," ujar Dharma di sela-sela aksi PAPPRI menyambut Hari Musik 9 Maret, di Bundaran Hotel Indonesia, Kamis. Dharma mengemukakan, hampir semua produk musik dan lagu yang beredar di masyarakat adalah barang bajakan, baik dalam bentuk VCD, kaset, maupun ringtones ponsel yang semakin marak diperjualbelikan secara bebas tanpa ada izin dari pencipta lagu tersebut. "Sekitar 80 persen dari produk musik dan lagu yang beredar di pasaran, baik kaset maupun VCD, merupakan barang bajakan," katanya. Dia mengatakan, sudah saatnya pemerintah turun tangan untuk mengatasi kasus pembajakan yang telah berlangsung lama ini, bahkan seiring canggihnya teknologi tingkat pembajakan semakin meningkat dan tidak terkendali. "Kita sebagai insan penyanyi, pengarang, dan pencipta lagu tidak mungkin dapat mengawasi apalagi melarang setiap orang yang secara bebas menyanyikan lagu ciptaan kami di karaoke atau di tempat hiburan lain, atau melarang setiap orang untuk mengisi ponselnya dengan lagu-lagu yang marak diperjualbelikan di mal-mal, itu sangat tidak mungkin," ujarnya. Oleh karena itu, lanjut dia, di hari kelahiran pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, WR Soepratman, pada 9 Maret akan diperingati sebagai Hari Musik Indonesia sebagai momentum untuk melakukan kajian tentang orientasi peran musik Indonesia dalam strategi kebudayaan nasional dan sarana pemersatu bangsa. Selain didukung oleh massa dari forum pemuda perjuangan anti-pembajakan musik Indonesia (FPPAPMI) dan PAPPRI, aksi yang berlangsung selama kurang lebih satu jam itu juga didukung oleh sejumlah insan musik nasional, antara lain Dina Mariana dan Vinna Panduwinata. Dalam aksinya, puluhan massa itu berjalan mengelilingi air mancur Bundaran HI dengan membentangkan spanduk-spanduk bertuliskan anti-pembajakan sambil membagikan sekuntum mawar merah kepada para pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006