Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi ternama asal Korea Selatan, LG Chem dikabarkan akan segera mengembangkan "produk plastik" baru yang dirancang untuk mencegah kebocoran termal pada baterai EV yang akan dimulai pada 2023.

Dikutip dari CarsCoops, Selasa, hingga saat ini LG Chem masih menutup pintu rapat-rapat untuk kejelasan dari pengembangan terbaru tersebut.

Baca juga: India rencanakan aturan baru untuk baterai EV

"Produk penghalang api canggih baru yang dibuat oleh LG Chem adalah produk plastik rekayasa yang sangat fungsional yang terbuat dari berbagai komposit termasuk resin polifenilen oksida (PPO) dan poliamida (PA)." kata LG Chem.

Mereka melanjutkan dengan mengatakan, pengujian telah menunjukkan produk tersebut mampu "mencegah penyebaran api yang disebabkan oleh propagasi termal selama lebih dari sepuluh menit pada suhu 1.000 ° C (1.832 ° F), 10 kali lebih lama dari plastik umum."

LG Chem mengklaim ini adalah "kinerja tahan api terpanjang di dunia" dan mencatat bahwa produk plastik mempertahankan bentuknya di bawah kondisi suhu yang berubah dan ekstrim.

Dalam hal ini, pengembangan ini dirasa sangat penting. Karena, perusahaan mencatat pelarian termal adalah penyebab utama kebakaran dari baterai yang ada pada kendaraan listrik.

Seperti yang mereka sudah jelaskan, berbagai penyebab stres dapat menyebabkan panas menumpuk di dalam sel baterai dan ketika sel baterai melebihi ambang batas suhunya, kebakaran dapat terjadi karena korsleting yang dipicu oleh faktor-faktor seperti pengisian daya yang berlebihan dan pengosongan yang berlebihan.

Meskipun risiko kebakaran tidak pernah dapat sepenuhnya dihilangkan, produk plastik akan memberi pengemudi dan penumpang lebih banyak waktu untuk mengungsi jika baterai rusak dan terlalu panas.

Produksi dijadwalkan akan dimulai tahun depan dan perusahaan tersebut sudah dalam proses mendapatkan paten di Korea, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa terpilih.


Baca juga: Mercedes-Benz bersiap tingkatkan produksi EV di tiga benua

Baca juga: Alasan mobil listrik lebih mahal dibandingkan konvensional

Baca juga: Nissan kerja sama dengan NASA buat baterai baru untuk EV
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022