Kapasitas itu setara dengan tiga pabrik ferro-nikel PT Antam yang sudah beroperasi di Pomala, Sulawesi, kapasitas tersebut akan membuat pabrik Antam di Buli sebagai salah satu terbesar di Indonesia sebagai penghasil ferro-nikel.
Ternate (ANTARA News) - Menko Perekonomian Hatta Radjasa dijadwalkan meresmikan pembangunan pabrik ferro-nikel PT Aneka Tambang (Antam) di Buli, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara (Malut), Rabu (30/1).

Humas PT Antam Tbk Resna Handayani mengatakan di Buli Selasa, sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dijadwalkan akan mendampingi Menko Perekonomian dalam peresmian pembangunan pabrik ferro-nikel Antam tersebut.

Menteri yang akan mendampingi Menko Perekonomian di antaranya Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Pabrik ferro-nikel yang akan diresmikan pembangunannya oleh Menko Perekonomian tersebut berkapasitas 27.000 ton per tahun dan akan menghabiskan investasi sebesar 1,6 miliar dolar AS.

"Kapasitas itu setara dengan tiga pabrik ferro-nikel PT Antam yang sudah beroperasi di Pomala, Sulawesi, kapasitas tersebut akan membuat pabrik Antam di Buli sebagai salah satu terbesar di Indonesia sebagai penghasil ferro-nikel," ujarnya.

Pabrik ferro-nikel yang akan menyerap sedikitnya 3.000 tenaga kerja tersebut merupakan pabrik ferro-nikel yang pertama di wilayah Malut, sedangkan bagi PT Antam Tbk, pabrik itu merupakan yang kedua setelah yang pertama di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, Bupati Haltim Rudi Erawan mengatakan, pembangunan pabrik ferro-nikel PT Antam akan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan bagi daerah ini, khususnya dalam hal penerimaan pendapatan daerah dan penyediaan lapangan kerja.

Oleh karena itu, Pemkab Haltim mengharapkan kepada PT Antam agar memprioritaskan tenaga kerja dari Haltim dalam perekrutan tenaga kerja di pabrik ferro-nikel itu.

"PT Antam mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain kalau keahlian tenaga kerja itu tidak ada di Haltim, akan tetapi, kalau keahlian yang dibutuhkan Antam ada di Haltim, tidak perlu mendatangkan dari luar daerah," ujarnya.

Ia mengatakan, pengolahan biji nikel dari Haltim selama ini diolah di Pomalaa dan dikirim ke luar negeri, sehingga kontribusinya terhadap pembangunan daerah ini, sehingga Haltim selama ini hanya dijadikan sumber bahan baku, tapi hal itu tidak terjadi lagi karena pabriknya telah ada di Haltim.

Untuk itu, kata Rudi, potensi besar PT Antam di Haltim harus didukung oleh masyarakat seutuhnya, karena kegiatan operasi penambangan bisa dinikmati oleh masyarakat di Haltim seutuhnya.

(L002)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011