Sleman (ANTARA News) - Banjir lahar dingin sisa letusan Gunung Merapi lebih mengancam kawasan kaki gunung, terutama di sekitar sungai-sungai yang belum dinormalisasi.

"Di Kecamatan Cangkringan ini normalisasi sungai berhulu Gunung Merapi sudah dilakukan, saat ini kawasan yang masih rawan banjir lahar hanya di Dusun Jetis, Desa Argomulyo yang hanya berjarak tidak lebih dari 100 meter dari Sungai Gendol," kata Camat Cangkringan Samsul Bakri, Minggu.

Ia mengatakan, untuk kawasan lainnya di Kecamatan Cangkringan relatif lebih aman dari luapan banjir lahar.

"Sepanjang aliran Sungai Kuning maupun Sungai Opak di Cangkringan, saat ini relatif lebih aman, selain telah dilakukan normalisas juga sudah dipasang bronjong untuk menahan luapan banjir lahar," katanya.

Menurut dia, di Kecamatan Cangkringan ada beberapa dusun yang rawan ancaman banjir lahar dingin baik itu melalui aliran Sungai Gendol, Opak maupun Sungai Kuning.

"Namun yang paling diwaspadai adalah aliran Sungai Gendol dan Opak yang merupakan daerah aliran utama lahar Merapi. Sementara desa-desa yang harus meningkatkan kewaspadaan adalah Wukirsari dan Argomulyo, sedangkan untuk desa yang di atas seperti Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo relatif lebih aman," katanya.

Ia mengatakan, timbunan material erupsi Gunung Merapi 2010 saat ini masih menumpuk dengan volume yang sangat besar di kawasan atas.

"Kalau versi pemantauan dari BPPTK Yogyakarta, dari sekitar 140 juta meter kubik material erupsi Merapi 2010 saat ini yang sudah turun baru sekitar 30 persennya saja. Dengan kondisi seperti ini maka jika di puncak terjadi hujan deras dengan waktu lama maka potensi banjir lahar dingin sangat besar," katanya.

Samsul mengatakan, sejak datangnya musim hujan beberapa waktu lalu memang belum terjadi banjir lahar, dan hanya terjadi aliran yang membawa material vulkanik Merapi.

"Sejak musim hujan belum terjadi banjir lahar dingin, saat hujan deras beberapa kali hanya terjadi aliran saja. Yang dimaksud banjir lahar dingin ini jika sampai terjadi banjir dimana 60 persen yang turun merupakan material vulkanik dan 40 persen air," katanya.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011