Malang (ANTARA News) - Politisi dari Partai Amanat Nasional Wa Ode Nurhayati meminta generasi muda perempuan di Indonesia tidak takut untuk berpolitik karena dengan berpolitik eksistensi kaum perempuan justru bisa dibangun.

"Komitmen saya adalah menyalakan obor bagi generasi perempuan Indonesia agar tertarik untuk masuk dunia politik. Dengan berpolitik mereka akan bisa memperjuangkan kepentingan rakyat dan kaumnya, baik yang sudah duduk di parlemen maupun dalam organisasi atau lembaga lain," kata Wa Ode di Malang, Sabtu.

Hal itu dikemukakan Wa Ode Nurhayati dalam sarasehan Politisi Perempuan yang digelar oleh Lembaga Pengkajian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LP3A) di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Lebih lanjut Wa Ode menegaskan, berpolitik harus bisa berdamai dengan diri sendiri dan meninggalkan ego agar bisa memperjuangkan kepentingan rakyat yang lebih besar.

Sementara itu anggota Komisi X DPR RI dari Dapil Malang Sri Rahayu mengatakan, berpolitik harus dilihat dari dua indikator yakni fisik dan substansi.

Indikator fisik, lanjutnya, terlihat dari peran atau kehadiran dalam pengambilan kebijakan. Sedangkan, subtansi adalah peran individu pada masyarakat, apakah kebijakan itu memang benar-benar sebagai kepentingan rakyat atau ikut-ikutan saja.

Politisi PDI Perjuangan itu menyayangkan, dari sisi fisik saja, kehadiran politisi laki-laki justru minim dibanding politisi perempuan. Namun, ketika menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya, laki-laki tiba-tiba mementahkan begitu saja.

"Itulah sebabnya, perbaikan bukan hanya pada mekanisme, melainkan harus juga pada orangnya (individu bersangkutan)," tegas Sri Rahayu.

Andi Nurpati dari Partai Demokrat memaparkan UU Politik yang memberi kuota minimal 30 persen politisi perempuan tidak memiliki dasar yang jelas karena sampai saat ini tida diketahui kuota itu sudah terpenuhi atau belum, termasuk indikator keterpilihannya yang bisa mewakili partainya.

Andi memprediksi, politisi perempuan tidak hanya berhadapan dengan laki-laki, tapi juga dengan kaum perempuan sendiri. Saat ini saja, politisi perempuan sulit untuk muncul, kecuali ketika mereka sedang berkasus.

Ia mengakui, porsi 30 persen perempuan di DPR sampai sekarang belum terlihat suaranya. Misalnya, dalam pengambilan kebijakan.

Hanya saja, lanjutnya, sebagai politisi perempuan Andi menyadari akan banyak waktu yang harus dicurahkan."Kondisi ini seharusnya disyukuri oleh kaum laki-laki karena jika perempuan kuat, keluarga juga kuat, namun susahnya politik itu tidak memiliki jam kerja," tegasnya.

Di sela-sela sarasehan tersebut juga dideklarasikan Jejaring Politisi, Akademisi dan Aktivis Perempuan. Dalam deklarasi itu ada tiga poin yang akan diperjuangkan oleh jejaring politisi tersebut, yakni menghimpun potensi perempuan, memperluas jaringan dan memperkuat pengaruh politiknya.
(T.E009/N002) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011