Jakarta (ANTARA) - Toro y Moi, alias Chaz Bear merilis album ketujuh berjudul "MAHAL" melalui label musik Dead Oceans, Jumat (29/4).

Chaz yang terus membuat musik dari jiwanya, kembali dengan proyek berisi 13 lagu yang terinspirasi dari psychedelic rock tahun 1960-an dan 70-an hingga post-rock 1990-an yang membawa semua pendengarnya dalam sebuah perjalanan seolah-olah mereka sedang mengendarai jeepney Filipina milik Toro y Moi yang ditampilkan di sampul album "MAHAL".

Baca juga: Travis Scott akan kembali manggung di festival usai tragedi Astroworld

Album ini menampilkan sejumlah single yang sebelumnya telah dirilis yaitu "Déjà Vu," yang dirilis dengan video klip yang disutradarai Justin Morris, single "The Loop" dan "Postman", dengan video klip yang disutradarai oleh Kid. Studio, dan single “Magazine” yang video klipnya disutradarai Arlington Lowell dan menampilkan Salami Rose Joe Louis.

Perilisan album "MAHAL" akan diikuti dengan perilisan "GOES BY SO FAST", sebuah film pendek yang dibintangi oleh Eric André dan Chaz yang memberikan nyawa ke dunia album "MAHAL".

"GOES BY SO FAST" ditayangkan untuk pertama kalinya di Brain Dead Studios pekan lalu dan disutradarai oleh rekan kolaborator Toro y Moi, Harry Israelson dan diproduksi oleh Ways & Means. GOES BY SO FAST menyatukan berbagai format baik dari film naratif, dokumenter, animasi, dan live performance, menciptakan sebuah dunia untuk album "MAHAL" dalam bentuk karya film.

Baca juga: Tiga genre musik yang digemari masyarakat Indonesia

Saat mulai mendengar album ini, para pendengar seolah dipindahkan ke kursi penumpang jeepney-nya, lengkap dengan suara mobil yang dinyalakan, dan siap untuk mengikuti perjalanan yang telah disiapkan Chaz.

Sebagian besar album diselesaikan tahun lalu di studio Chaz di Oakland dengan bantuan sejumlah kolaborator yaitu Sofie Royer dan Ruban Neilson dari Unknown Mortal Orchestra hingga Alan Palomo dari Neon Indian dan Mattson 2.

Aku ingin membuat sebuah album yang menampilkan lebih banyak musisi dari album-album milikku sebelumnya,” ujar Toro y Moi dalam keterangannya, Sabtu.

“Mereka yang tampil secara live di album ini membuatku merasa lebih bijaksana, sekaligus membawa sebuah perspektif komunal ke proyek ini."

Hasil akhirnya adalah sebuah album yang kaya dan penuh kejutan mulai dari “The Loop” yang mengingatkan kepada musik Sly and the Family Stones hingga nuansa psych rock yang elastis di “Foreplay” dan “Last Year” yang kental dengan nuansa musik ala Mulatu Astatke.

Dari segi lirik, album ini membahas kekhawatiran dari sebuah generasi. Lagu-lagu seperti “Postman” dan “Magazine” merangkum hubungan kita dengan media di tengah dunia digital yang berkembang pesat.

“Rasanya menarik melihat bagaimana kita beradaptasi dengan era ini. Kita sangat terhubung, namun kita tetap melewati banyak hal,” ujar Chaz mengenai tema album ini.

Tidak melulu mengenai introspeksi diri. Chaz mendinginkan segalanya menjelang akhir album dengan bantuan The Mattson 2 di lagu "Millennium", sebuah lagu tentang menyambut hari baru meski segalanya tidak sesuai ekspektasi.

"Lagu ini tentang menikmati tahun yang baru, walaupun kita berada di era yang cukup menyebalkan," jelas Chaz. "Tidak ada lagi yang bisa dilakukan."

DNA album ini adalah menemukan sukacita dalam kesulitan, itu tercermin dari kehadiran jeepney yang secara langsung maupun figuratif membawa musik dalam album ke masyarakat lebih luas.

“Kami tahu bahwa lanskap tur musik sedang kacau untuk saat ini, dan pertemuan tatap muka berskala besar menjadi lebih sulit,” jelas Chaz. "Yang utama adalah bagaimana kita dapat menjangkau banyak orang sambil mempersembahkan musik di album ini kepada mereka."


Baca juga: TXT akan gelar tur dunia pertama pada Juli

Baca juga: Gambaran konser musik dalam metasemesta

Baca juga: Fei Luthfy rilis single debut "Time Bomb"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022