Jakarta (ANTARA News) -  Mendengar Myanmar kadang yang terbayang adalah "sikap kaku" karena  negeri itu sudah hampir setengah abad dipimpin pemerintah militer.

Tapi, warga di negara tetangganya, Thailand, tenang-tenang saja, khususnya mereka yang berada di provinsi Chiang Rai yang berbatasan dengan Myanmar.

Suasana tenang itu dirasakan 40 wartawan ASEAN yang belum lama ini menyusuri perbatasan Myanmar di Chiang Rai.  

Para wartawan mengendarai 32 pick-up Chevrolet Colorado untuk mencoba langsung kendaraan yang baru diluncurkan itu.

"Di sebelah kiri anda Thailand, di sebelah kanan anda Burma," kata instruktur melalui handy talkie saat konvoi memasuki jalan perbukitan. Sebelah kiri adalah lembah hijau sedangkan kanan adalah adalah bukit.

Warga  Thailand masih menyebut Burma, meski pemerintah militer pada tahun 1989 resmi mengganti nama itu menjadi Myanmar. "Kami sudah biasa memanggil Burma,  tapi bukan masalah politis, ini cuma nama yang terlanjur kami kenal," kata Paphada Tuanghirunvimon,  warga Thailand yang ikut dalam perjalanan itu.

Konvoi berhenti di pos militer Doi Chang Moob yang berada di titik tertinggi perbukitan tersebut, sekitar 85 km dari Bandara Chiang Rai.Hawa sejuk pegunungan langsung menyambut begitu pintu kendaraan dibuka.

Dari ketinggian 700m di atas permukaan laut, terlihat lembah Myanmar dengan rumah-rumah penduduk desa di kejauhan. Tentara-tentara Thailand menyambut ramah dengan senyuman.

Beberapa di antaranya hendak berpatroli lengkap dengan senjata M-16. Mereka menyusuri jalan setapak dan tak menggunakan beberapa Humvee di pos tersebut.

Puas istirahat dan berfoto, rombongan berangkat lagi menyusuri jalan perbukitan tersebut. Meski jauh di "pedalaman", aspal tetap mulus, sebagian jalan bahkan dibeton meski jarang kendaraan lewat.

Suasana sama
Sejak konvoi berangkat dari Bandara Chiang Rai, suasananya negera tersebut mirip dengan Indonesia, Ruko, toko-toko, warung makan, lengkap dengan banyaknya poster dan spanduk calon parlemen maupun peserta Pilkada.  Bedanya, jalanan ramai tapi tak banyak sepeda motor dan tak ada yang berdagang dengan gerobak dorong.

Jalan-jalan utama di Chiang Rai  diberi khusus jalur sepeda motor, jalur biasa, dan jalur cepat. Kendaraan warga yang melaju dengan tertib dan adanya jalur khusus sepeda motor membuat konvoi dapat melaju dengan kecepatan antara 80-100 km/jam di dalam kota dengan aman.

"Wah, tumben. Tidak ada rasa was-was kendaraan di depan kita tiba-tiba zigzag dan membuat kita panik," kata seorang wartawan Indonesia. Sayang kami tidak sempat mencapai top speed.

Pick-up All New Colorado yang digunakan adalah produk baru General Motors. Colorado menggunakan mesin Duramax Diesel  16 valve 4 silinder dengan teknologi Common rail direct injection system dan intercooled turbo-charger.  Terdapat dua pilihan mesin yaitu 2.800 cc dan 2.500 cc.

Kami mencoba Colorado 2.800 cc transmisi otomatis enam kecepatan. Saat gas diinjak agak dalam, badan beringsut ke belakang. Punggung seketika menempel ke sandaran. "wah, tarikannya...torsinya memang berapa?," tanya seorang rekan meminta untuk dibacakan spesifikasi teknis kendaraan itu.

Mesin 2.800cc itu menyemburkan 180 tenaga kuda pada 3.800 rpm atau torsi 470 NM pada 2.000 rpm. "Sepertinya torsi paling besar di kelas medium pick-up," kata rekan tersebut. Petunjuk konsumsi bahan bakar di panel depan kemudi rata-rata menunjukkan 9,8km/liter saat menyusuri tanjakan.

Mesin yang kapasitasnya 2.500 cc menggunakan transmisi manual dan menghasilkan 150 tenaga kuda pada 3.800 rpm dan menghasilkan 350 NM pada 2000 rpm.

Saat meniti tanjakan berbelok, beberapa rekan wartawan yang menggunakan Colorado 2.500cc menyimpulkan bahwa bertahan pada gigi rendah dan rpm tinggi adalah pilihan yang paling aman daripada risiko kehilangan torsi dan truk berhenti di tanjakan saat menuju Doi Chang Moob.

Trek berikutnya adalah turunan yang berkelok-kelok menyusuri jalan mulus di perbukitan. Di mulai dari titik Suan Kularb Pun,  Pee, kemampuan Colorado dites terhadap tikungan tajam dan gundukan.

Velg 17 inci dengan ban 255/65 R17 di Colorado 2.800 cc membantu mengatasi tikungan-tikungan patah. Saat jalan berpasir, kendaraan tetap ditancap pada 80 km/jam. "Enggak mental-mental, lumayan," kata seorang rekan ketika kendaraan melibas gundukan.

Rekan wartawan tersebut mencoba kebenaran ucapan Chief Engineer Colorado, Roberto Rempel, yang menyebut superioritas Colorado dalam kestabilan.

Rempel juga mengatakan Colorado sudah dirancang sedemikian rupa sehingga "beban di bak terbagi dengan baik sehingga kendaraan tidak akan timpang ke bagian belakang." Namun, kami tidak sempat melihat kendaraan tersebut dimuati dengan beban 3.500 kg sesuai daya angkutnya.

ekspor
Rempel mengemukakan bahwa tiga hal utama yang identik dari Colorado hemat BBM, tangguh dan kuat.  "Dan yang paling penting adalah safety,  ini syaratnya adalah sasis yang lebih lebar dan panjang," kata Rempel.

Transmisinya terdiri dari pilihan manual 5 tingkat kecepatan atau hydra-matic enam kecepatan. Tersedia juga pilihan electronically actuated part-time transfer case untuk  4x4 model tertentu.

Chevrolet juga mengklaim kendaraan tersebut paling aman di kelasnya  dengan fitur-fitur seperti electronic stability control, ABS, EBD, traction control, brake assist hidrolik, cornering brake control dan dual airbags, semua tergantung tipe.

Bagian depannya punya ciri khas Chevrolet yaitu grille dual-port, dengan dua projector-style chromium headlamps besar yang menyatu dengan fender depan. Lampu belakang sudah menggunakan LED.

Colorado baru ini tersedia dalam model kabin extended (dua pintu standar dengan tambahan dua pintu kecil, disebut 'cab flex') serta double cabin 4 pintu.

Kendaraan ini pada tahap pertama akan beredar di negara-negara Asia Tenggara dan selanjutnya akan diekspor ke Australia dan Timur Tengah.

General Motors, pemegang merek Chevrolet, menjadikan Thailand sebagai basis manufaktur regional sejak dasawarsa 1990-an. Mereka mendirikan kompleks pabrik di provinsi Rayong.

Thailand dipilih menjadi tempat kelahiran All New Colorado karena "Negeri terbesar untuk pick-up di dunia adalah Thailand. Itu alasan kami memproduksi pick-up di negara ini," kata Martin Apfel, bos General Motors kawasan ASEAN.

All New Colorado menurut General Motors dikembangkan selama 5 tahun dengan masukan dari 5 benua. Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan tersebut adalah 2 miliar dolar untuk menghasilkan "truk pick up mid-size paling kuat dengan performa paling tinggi di kelasnya".

Kendaraan tersebut akan mulai dipasarkan di Indonesia awal tahun 2012 oleh General Motors Indonesia. Rencananya terlebih dulu dengan satu varian yaitu double cabin 4x4 dengan sasaran sebagai kendaraan operasional khususnya di pertambangan dan perkebunan.
(A038)






Oleh Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011