Kami sendiri memperkirakan inflasi pada April bisa berada di atas 1 persen jika dibandingkan dengan pergerakan harga pada Maret.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebutkan kenaikan permintaan dan pajak pertambahan nilai (PPN) yang menjadi 11 persen berpotensi memicu inflasi mencapai di atas 1 persen pada April 2022.

“Kami sendiri memperkirakan inflasi pada April bisa berada di atas 1 persen jika dibandingkan dengan pergerakan harga pada Maret,” katanya kepada Antara di Jakarta, Senin.

Yusuf menjelaskan kenaikan tarif PPN mendorong pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian baik harga pokok, produksi, maupun harga jual dari suatu produk dan selisih dari kenaikan ini akan mendorong kenaikan harga.

Baca juga: Ekonom nilai intervensi pemerintah terkait kenaikan barang sudah tepat

Menurutnya, besaran persen kenaikan harganya pun akan sangat dinamis karena pelaku usaha melakukan penyesuaian yang tidak rigid sesuai dengan kenaikan tarif PPN itu sendiri.

Sebagai ilustrasi, jika harga barang sebelum kenaikan PPN Rp10.000 maka harga setelah PPN naik mencapai Rp11.100 mengingat pengenaan PPN 11 persen adalah Rp1.100.

Dalam hal tersebut, pedagang bisa saja mengenakan tarifnya di atas Rp11.100 sehingga jumlah ini jika diagregasi tentu akan mendorong kenaikan harga atau inflasi ke arah yang lebih tinggi.

“Meski sumbangan antarsatu komoditas dan komoditas lain akan berbeda tetapi jika terjadi perubahan harga dibandingkan periode sebelumnya ini sudah tentu akan tercatat sebagai inflasi,” jelas Yusuf.

Terlebih lagi, pada saat yang bersamaan terdapat faktor lain seperti efek dari kenaikan harga pertamax dan seasonal Ramadhan yang pada umumnya mendorong kenaikan harga akibat tingginya permintaan barang dan jasa.

Baca juga: DRI sebut kenaikan tarif PPN hanya sumbang inflasi 0,4 persen

Ia menjelaskan pelonggaran mobilitas yang diberlakukan pemerintah berkorelasi positif terhadap aktivitas perekonomian yang akan lebih bergeliat dibanding periode sebelumnya.

Oleh sebab itu, jika permintaan akibat aktivitas perekonomian ini terjadi maka umumnya akan mendorong kenaikan inflasi.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,66 persen pada Maret 2022 yang didorong oleh komoditas cabai merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan serta minyak goreng.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022