Jakarta (ANTARA News) - Musisi Katon Bagaskara (39) kini mencari orang kaya yang mau berspekulasi menanamkan modal untuk proyek seni terbarunya, uakni menggarap film musikal romantis. "Sebenarnya banyak orang kaya di Indonesia, tinggal dia tertarik atau nggak. Nah, kita kan mencari orang kaya yang mau berspekulasi. Dunia film seperti dunia musik, kita nggak bisa meramal film apa yang akan laku," ujar Katon saat ditemui seusai acara peluncuran distribusi musik digital di Jakarta, Jumat (17/2). Pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, itu akan bertindak sebagai produser dan penulis skenario dalam film yang judulnya masih dirahasiakannya. "Skenarionya sudah di ambang selesai, tapi masih direvisi terus. Lagu-lagunya saya pilih yang sesuai dengan situasi film. Mungkin akan ada lagu-lagu baru atau lagu-lagu legendaris dari zaman tahun 80-an, seperti lagunya Ebiet, Faris RM," ujar suami dari aktris Ira Wibowo itu. Keinginannya terjun ke industri film bermula dari kerinduannya akan film-film favoritnya pada zaman Teguh Karya. "Karena, saya penggemar film. Film Indonesia dari zamannya Teguh Karya saya suka banget. Saya rindu punya film Indonesia seperti itu lagi yang punya jatidiri dan punya kualitas," ujarnya. Ia beranggapan, wajar bila sorang seniman mencari keseimbangan di bidang-bidang seni lain dan tidak bertumpu pada salah satu bidang saja. "Saya juga pernah menulis buku kumpulan puisi Bulan Dibuai Awan. Membuat musik yang pop sudah, musik yang spiritual sudah, sekarang saya mau buat film ah. Film yang saya ikut di dalamnya," ujarnya Sementara itu, ia mengakui, untuk film-film era kini lebih menyukai film "Gie" (2005), yang dibintangi Nicholas Saputra bercerita tentang catatan seorang mahasiswa demonstran tahun 1960-an, Soe Hok Gie. "Itu film yang mendidik, walaupun nggak komersial. Tapi, menurut saya, wajarlah, memang harus ada film yang memberi keseimbangan seperti itu. Bukan gaya film yang `entertain` saja, tapi punya misi," kata pria pemilik lesung pipi itu. Selain "Gie", ia juga menyukai film "Ada Apa dengan Cinta?" yang komersial, tapi juga mendidik, lantas film anak-anak "Sherina", dan film Rudi Soedjarwo, "Mengejar Matahari." "Saya coba kompromi saja. Saya harus pertimbangkan segi hiburan dan pasarnya harus ada. Jangan sampai pemodal saya nanti uangnya nggak balik," kata Katon, saat ditanya apakah akan mengejar idealisme atau komersialisme. Satu yang harus dimiliki film yang diharapkan dapat rampung pada 2007 itu adalah audionya harus sempurna. "Sebagai produser, saya akan berjuang mati-matian untuk itu, karena saya juga orang musik yang mementingkan audio," demikian Katon Bagaskara. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006