Jakarta, (ANTARA News) - Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Moh Gempur Adnan mengatakan rencana peremajaan bajaj baru dengan bahan bakar gas oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso sebagai suatu langkah positif selama bertujuan untuk mengurangi emisi. "Prinsipnya, apa pun bahan bakar yang digunakan harus memenuhi prinsip lingkungan atau ramah lingkungan. Jadi jika bahan bakar gas jauh lebih baik tentu saja baik juga," kata Gempur saat ditanya pendapatnya mengenai bajaj berbahan bakar gas. Menurut Gempur, Kementerian Negara LH tengah mempersiapkan buku panduan standar emisi. "Akan keluar sebentar lagi, kami saat ini tengah menyelesaikan standar emisi untuk kendaraan roda dua, karena ada dua standar untuk roda dua yaitu dua tak dan empat tak. Sekalipun hanya tujuh persen kendaraan roda dua yang dua tak tetapi mereka adalah sumber emisi yang cukup serius," katanya. Setelah buku panduan tersebut terbit, kata dia, maka setiap daerah dapat membuat perda tentang emisi menyesuaikan dengan panduan itu. "Patokannya adalah panduan itu tetapi tentu saja tidak boleh lebih rendah, begitu juga dengan DKI Jakarta," ujarnya. Sebelum membuat perda tentang emisi, kata dia, setiap daerah hendaknya melakukan uji emisi terlebih dahulu. "Idealnya satu wilayah ada lima alat uji emisi. Uji emisi sudah dilakukan di beberapa kota besar seperti Bandung, Jakarta, Banjarmasin dan Medan," katanya. Mengingat harga dari alat uji emisi yang sekitar Rp50 juta maka Gempur mengatakan bahwa pada tahap awal hanya diprioritaskan pada kota metropolitan dan kota besar. Sementara itu Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan, bajaj bertenaga gas merupakan alternatif lain untuk mengurangi polusi udara dan suara di Jakarta. "Kita tidak bisa membiarkan bajaj yang sudah tua, bising dan menebar polusi itu berjalan terus," kata Sutiyoso. Meski demikian, sambil menunggu fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk jenis kendaraan tersebut, Pemprov memberikan izin untuk sementara waktu bajaj tersebut dapat menggunakan bahan bakar minyak. "Menunggu fasilitas siap, bisa pakai BBM. Kendaraan itu didatangkan dari India sudah dengan perangkat yang dapat menggunakan gas dan minyak tinggal memindahkan (switch) tombol saja untuk penggunaan BBM empat tak menjadi BBG-red)," kata Gubernur DKI. Sutiyoso memberikan waktu hingga April 2006, agar semua bajaj yang baru tersebut sudah harus menggunakan BBG. "Pada April kan sudah dipasang pipa dan kita juga sudah instruksikan SPBU untuk pasang alat pengisian BBG," katanya. Pada Senin (13/2) Sutiyoso bertemu dengan sejumlah pengusaha dan agen bajaj yang menyatakan dukungan mereka pada program Pemprov DKI yang berusaha mengendalikan pencemaran udara di Jakarta. Dalam kesempatan itu kemudian disampaikan rencana pengoperasian bajaj jenis baru yang memiliki mesin empat tak dan dapat berbahan bakar gas dan minyak. Harga satu unit bajaj itu berkisar Rp38 juta. Saat ini baru ada lima unit contoh yang didatangkan dari India, dan menurut rencana pada Maret 2006 akan didatangkan 250 unit tambahan yang nantinya diharapkan dapat menggantikan sekitar 4.000 unit bajaj yang sekarang beroperasi di Jakarta.(*)

Copyright © ANTARA 2006