New Delhi (ANTARA News) - Polisi India hari Kamis menyatakan menggagalkan rencana serangan bom di New Delhi setelah menahan sebuah mobil berisi peledak menjelang festival penting Hindu.

Peledak seberat lebih dari lima kilogram ditemukan Rabu malam di dalam sebuah mobil di Ambala di negara bagian Haryana, India utara, kata Deputi Komisaris Polisi Arun Kampani kepada wartawan di New Delhi, lapor AFP.

Mobil berisi bom itu ditahan dua pekan sebelum India merayakan festival cahaya Hindu, Diwali.

Kampani mengatakan, polisi bertindak setelah memperoleh informasi intelijen bahwa sebuah satuan dari kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bermarkas di Pakistan memberikan peledak kepada kelompok separatis Sikh yang berencana meledakkan bom itu di New Delhi.

"Ambala adalah tempat dimana bom itu akan diserahkan," katanya.

Polisi juga menemukan lima detonator dan dua timer dari mobil tersebut, yang berada di luar stasiun kereta-api Ambala.

Serangan militan terakhir di New Delhi terjadi pada September ketika ledakan sebuah bom di luar Pengadilan Tinggi menewaskan 14 orang -- yang terakhir dari serangkaian ledakan yang membuat publik meragukan kemampuan pemerintah dalam menangani terorisme.

Lashkar-e-Taiba (LeT) dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan mematikan di Mumbai tiga tahun lalu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011